JurnalPatroliNews – Jakarta, Sekelompok hacker mengatasnamakan ‘Dark Side’ menjadi dalang penyerangan terhadap jaringan pipa BBM di Amerika Serikat. Hal ini juga sudah dikonfirmasi oleh FBI.
Mengutip Techspot Kamis (13/5/2021), FBI telah mengkonfirmasi kecurigaan terhadap grup pada hacker dari Eropa Timur dengan atas nama ‘DarkSide’ dibalik penyerangan ini.
“Kami terus bekerja dengan perusahaan dan mitra pemerintah dalam penyelidikan,” jelas FBI.
Pada saat yang sama grup peretas memposting pernyataan di dark web yang menjelaskan bahwa satu-satunya tujuan mereka adalah menghasilkan uang, dan tidak terikat pemerintah tertentu atau entitas politik.
Menariknya, kelompok tersebut menjelaskan mereka tidak berniat menciptakan masalah bagi masyarakat, yang mengakibatkan terganggunya hampir separuh pasokan bensin dan solar ke Pantai Timur Amerika Serikat.
Saat ini para grup hacker itu belum mengatakan berapa banyak uang tebusan yang diminta. Mereka mengklaim telah meretas lebih dari 80 perusahaan sejak Agustus 2020, setelah sebelumnya memeras jutaan dollar dari korban individu.
Firma Keamanan yang berbasis di Boston, Cybereason mengatakan kepada CNBC International bahwa DarkSide adalah penyedia ‘ransomware’ atau malware yang biasa menuntut tebusan finansial dari korban, sebagai layanan mereka.
Grup Peretas ini mencoba menampilkan hacker beretika, dengan aturan perilaku yang jelas melarang penyerangan terhadap institusi medis, Pendidikan, lembaga pemerintah, dan organisasi non profit. Terutama yang berlokasi di bekas negara anggota blok Soviet. Kelompok itu juga mengklaim menyumbangkan sebagian dari keuntungan untuk amal.
Sebagai informasi, sistem saluran pipa Colonial sepanjang 5.500 mil tutup operasi selama empat hari terakhir, setelah diserang ransomware yang berdampak pada jaringan komputer. Padahal jaringan pipa BBM ini menyediakan sekitar 45% kebutuhan bahan bakar di kawasan Pantai Timur Amerika Serikat.
Ini adalah serangan siber terbesar yang berhasil di infrastruktur Amerika Serikat saat ini. Perusahaan menjelaskan akibat serangan ini harus menutup bagian utama pipa sebagai tindakan pencegahan. Para penyerang telah mengenkripsi hampir 100 gigabyte data dari perusahaan yang berbasis Georgia dan mengancam akan merilis ke public jika tidak membayar tebusan.
(cnbc)
Komentar