Tragedi Air India Jadi Pengingat Keras untuk Sistem Keselamatan Penerbangan Indonesia

JurnalPatroliNews – Jakarta – Musibah yang menimpa pesawat Air India baru-baru ini memicu keprihatinan luas dan mendorong perlunya penguatan sistem pengawasan penerbangan di Indonesia. Sorotan tajam datang dari Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko, yang mengingatkan bahwa insiden tersebut menjadi alarm penting bagi keselamatan penerbangan nasional.

Menurut politisi PKB asal Dapil Jawa Barat VI itu, insiden semacam ini tak boleh dianggap remeh. Ia menegaskan bahwa aspek keselamatan penumpang harus selalu menjadi prioritas mutlak dalam dunia penerbangan.

“Peristiwa yang menimpa maskapai Air India harus kita jadikan pelajaran besar. Ini tanda bahwa sistem pengawasan dan pemeriksaan pesawat harus diperketat, tak bisa lagi setengah-setengah,” kata Miko, sapaan akrabnya, dalam pernyataan tertulis pada Jumat (13/6/2025).

Ia menambahkan, setiap maskapai yang beroperasi di Tanah Air wajib menjamin kelayakan armadanya melalui pengecekan berkala dan menyeluruh. Menurutnya, pendekatan pencegahan (preventif) harus menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko kecelakaan udara.

“Maskapai punya tanggung jawab penuh atas kondisi teknis pesawatnya. Mereka harus benar-benar memastikan pesawat aman sebelum mengudara,” ujarnya.

Miko juga mendorong Kementerian Perhubungan (Kemenhub) agar memperkuat koordinasi dengan seluruh stakeholder penerbangan—termasuk operator bandara dan maskapai—guna menjamin implementasi standar keselamatan secara konsisten di lapangan.

“Kami mendesak pemerintah, dalam hal ini Kemenhub, untuk tidak menunggu jatuh korban. Langkah konkret harus segera dilakukan agar masyarakat merasa aman saat menggunakan moda transportasi udara,” tambahnya.

Sebagai informasi, tragedi menimpa penerbangan Air India AI171 dengan rute Ahmedabad–London pada Kamis siang, 12 Juni 2025. Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner tersebut dilaporkan jatuh tak lama setelah lepas landas dan mengangkut 242 penumpang. Di antaranya terdapat 169 warga negara India, 53 warga Inggris, 7 warga Portugal, dan 1 warga Kanada.

Komentar