Trump Guncang Ekonomi Dunia, Sri Mulyani Paparkan Jurus ASEAN Hadapi Perang Dagang

JurnalPatroliNews – Jakarta – Di tengah ketegangan global akibat kebijakan dagang agresif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, negara-negara ASEAN kompak menyusun strategi bersama dalam forum ke-12 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.

Daripada membalas perang tarif dengan tindakan serupa, para pemimpin keuangan kawasan sepakat mengedepankan pendekatan kolaboratif—berlandaskan diplomasi, dialog terbuka, dan niat baik jangka panjang.

Solidaritas Regional Jadi Kunci

Konsensus yang tercipta dalam forum ini menekankan pentingnya memperkuat “sentralitas ASEAN” sebagai pijakan utama. Hal ini dilakukan demi menjaga stabilitas ekonomi kawasan yang sangat bergantung pada perdagangan internasional dan aliran investasi luar negeri.

Kondisi global yang tertekan oleh perlambatan pertumbuhan, anjloknya perdagangan, dan potensi gejolak nilai tukar menjadi pertimbangan utama dalam menyusun strategi ini. Retaliasi hanya akan menambah ketidakpastian dan berisiko memperparah situasi, khususnya bagi negara berkembang di Asia Tenggara.

Sri Mulyani: Retaliasi Bukan Jawaban

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa Indonesia memilih jalur strategis ketimbang konfrontatif. Dalam sambutannya di forum tersebut, ia mengatakan bahwa Indonesia akan terus melakukan reformasi struktural lewat deregulasi dan pembenahan hambatan perdagangan maupun investasi.

“Alih-alih membalas, kita memilih jalur negosiasi dan penguatan kerja sama ekonomi. Kami terus mempercepat reformasi untuk memastikan daya saing tetap terjaga,” ujarnya.

Selain itu, Sri Mulyani juga menekankan sinergi kuat antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia dalam menjaga kepercayaan pasar, stabilitas mata uang, dan kinerja pasar obligasi.

Inisiatif Kawasan Dipacu

Forum ini juga menjadi ajang pelaporan progres berbagai program penting, termasuk pengembangan ASEAN Taxonomy versi 4 yang mencakup enam area utama dan tiga sektor pendukung. Inisiatif pembiayaan energi hijau melalui ASEAN Power Grid Financing Facility (APGFF), dengan dukungan ADB dan World Bank, juga menjadi agenda utama.

Malaysia dalam forum tersebut mengusulkan lanjutan atas inisiatif Indonesia sebelumnya untuk menyederhanakan kerja sama antar lembaga keuangan ASEAN, guna memperkuat jalur komunikasi dan efektivitas kebijakan kawasan.

Dari Proyek Hijau hingga Pendanaan Risiko Bencana

Topik kerja sama lain yang disorot dalam forum antara lain pembiayaan infrastruktur melalui ASEAN Infrastructure Fund (AIF), pengelolaan risiko bencana, serta sinergi perpajakan dan kepabeanan lintas negara.

Indonesia dalam kesempatan ini juga memberikan pembaruan mengenai dua program yang diinisiasi selama masa Keketuaan ASEAN 2023, yakni pembentukan ASEAN Treasury Forum (ATF) dan penguatan kolaborasi lintas sektor, termasuk untuk bidang kesehatan dan keuangan.

Pertemuan tersebut ditutup dengan peluncuran AIF Action Plan 2025–2028, yang memuat rencana peningkatan kapasitas pembiayaan AIF serta komitmen mendorong pendanaan proyek-proyek ramah lingkungan di ASEAN demi mendukung target perubahan iklim kawasan.

Komentar