JurnalPatroliNews – Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim negaranya berhasil melumpuhkan tiga lokasi utama program nuklir Iran dalam serangan udara pada Sabtu malam (21/6), waktu setempat. Tiga fasilitas yang dimaksud adalah Natanz, Isfahan, dan Fordow dengan Fordow disebut “sudah lenyap” oleh Trump.
Namun, Iran dengan cepat membantah klaim tersebut. Pemerintah Teheran menyatakan tidak ada kerusakan besar yang terjadi, apalagi ledakan hebat, di Fordow bunker nuklir yang dibangun di bawah pegunungan dekat kota suci Qom.
Untuk mencari titik terang, sejumlah citra satelit sebelum dan sesudah serangan beredar dan menjadi bahan analisis berbagai pihak.
Foto satelit yang diambil pada 19 Juni 2025 menunjukkan kompleks Fordow masih berdiri utuh. Tapi gambar terbaru dari 22 Juni, pasca serangan udara, menunjukkan adanya perubahan signifikan.
Terowongan masuk dan beberapa bangunan di permukaan tampak rusak parah, bahkan ada bagian yang terlihat rata dengan tanah. Jejak panas dan warna gelap yang menyelimuti area tersebut menunjukkan kemungkinan terjadinya kebakaran pascaserangan rudal dari pesawat B-2 stealth bomber milik AS.
Meski begitu, sebuah gedung putih yang berada di sekitar lokasi tampak masih utuh, mengindikasikan bahwa tidak semua bagian kompleks terkena dampak langsung.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam keras tindakan militer tersebut dan menyebutnya sebagai agresi brutal terhadap wilayah kedaulatan negaranya. Ia memperingatkan Washington bahwa Iran tidak akan tinggal diam.
“Amerika Serikat telah melakukan sebuah kesalahan besar. Kami akan membalas tindakan ini,” tegas Araghchi dalam pernyataannya.
Fordow sendiri merupakan fasilitas pengayaan uranium strategis yang lokasinya tersembunyi di dalam gunung, sekitar 30 kilometer dari kota Qom yang dihuni lebih dari 1,2 juta penduduk.
Sementara dunia menanti reaksi lanjutan dari Iran, ketegangan geopolitik antara Washington dan Teheran kini berada di titik paling genting dalam beberapa tahun terakhir.
Komentar