Trump Sentil Jepang soal Beras, Peringatkan Kenaikan Tarif Jelang 9 Juli

JurnalPatroliNews – Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan kritik keras terkait hubungan dagang negaranya, kali ini menyasar Jepang. Ia menyayangkan lambannya kemajuan dalam negosiasi perdagangan bilateral, khususnya soal ekspor beras asal Amerika ke Negeri Sakura.

Lewat unggahan di platform Truth Social pada Senin (30/6), Trump menyebut Jepang bersikap tidak adil karena enggan membeli beras dari AS, padahal menurutnya negara itu sedang mengalami kekurangan pasokan pangan pokok tersebut.

“Saya menghormati Jepang, tapi mereka tidak mau terima BERAS kita, padahal mereka kekurangan beras,” tulis Trump. “Kami akan segera kirim surat resmi. Tapi kami tetap senang bermitra dengan mereka dalam perdagangan selama bertahun-tahun.”

Tak hanya Jepang, Trump juga mengingatkan bahwa sejumlah negara lain akan segera menerima surat pemberitahuan terkait kenaikan tarif impor dari Amerika Serikat. Pemberitahuan ini akan dikirim sebelum 9 Juli dan batas akhir tarif sementara 10% yang akan kembali ke skema tarif lama berkisar antara 11% hingga 50% seperti yang diumumkan 2 April lalu.

Pernyataan tersebut mempertegas langkah agresif yang akan ditempuh pemerintahan Trump terhadap negara-negara mitra dagang yang dinilai belum bernegosiasi secara terbuka dan serius.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, turut menegaskan hal ini. Dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television, Bessent menyatakan bahwa hanya Trump yang punya wewenang untuk memberikan perpanjangan waktu bagi negara-negara yang masih bernegosiasi.

“Beberapa negara memang sudah negosiasi dengan itikad baik, tapi jika mereka tetap keras kepala dan kesepakatan tidak tercapai, tarif bisa kembali ke level 2 April. Kami harap itu tidak terjadi,” kata Bessent.

Ia memprediksi akan ada “ledakan” kesepakatan menjelang 9 Juli karena tekanan yang terus diberikan pemerintah AS kepada para mitra dagang.

Dari pihak Jepang, negosiator utama Ryosei Akazawa menanggapi dengan diplomatis. Ia menegaskan bahwa Jepang akan tetap menjalin komunikasi dengan AS untuk mencapai kesepakatan, sambil tetap melindungi kepentingan nasional mereka.

Menanggapi tudingan Trump soal mobil, Akazawa mengatakan bahwa tarif 25% terhadap kendaraan buatan Jepang bisa berdampak buruk bagi perekonomian negaranya.

Sementara itu, dari Eropa, Uni Eropa dikabarkan masih membuka diri untuk merumuskan perjanjian dagang baru dengan AS. Namun mereka berharap ada komitmen dari Washington untuk menurunkan tarif di sejumlah sektor strategis seperti farmasi, alkohol, semikonduktor, dan pesawat komersial.

Bloomberg melaporkan bahwa para pejabat Eropa mulai menerima bahwa tarif 10% kemungkinan besar akan menjadi baseline dalam kesepakatan dagang dengan AS. Sebagai pembanding, Inggris sebelumnya telah menyetujui kesepakatan serupa: menerima tarif 10% untuk sejumlah produk termasuk otomotif, sebagai imbalan akses ekspor mesin pesawat dan daging sapi ke pasar Amerika.

Komentar