Tata Kelola pendidikan nasional Indonesia yang berkelanjutan merupakan kunci bagi pembangunan Sumber Daya Manusia khususnya dalam mengakomodasi transformasi perubahan karakter antar generasi dan akses terhadap pendidikan berkualitas. “Pembentukan karakter khususnya bagi Generasi Z, pemenuhan jaminan hak atas pendidikan, dan masa depan demokrasi Indonesia, dapat dilakukan melalui penguatan literasi, pendirian museum sebagai bentuk penghormatan, dan penghargaan terhadap Masa Lalu dan aspek keberlanjutan, serta pendirian perpustakaan”, ujar Bima.
Dalam memori peradaban Indonesia, pendidikan merupakan kunci dalam proses pembentukan negara-bangsa Indonesia. Kebijakan politik etis negara kolonial Hindia Belanda telah menyediakan ruang bagi pembentukan kesadaran kolektif atas konstruksi “bangsa” Indonesia melalui pendirian sekolah Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 dan diejawantahkan dalam semangat kolektif lintas identitas suku kedaerahan melalui ikrar kolektif Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 1928. Rangkaian proses pembentukan kesadaran dan konstruksi identitas bangsa “indonesia” inilah yang diabadikan sebagai memori kolektif bangsa melalui peringatan Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei sejak tahun 1959 melalui Keputusan Presiden No. 316 tahun 1959.
Pendirian sekolah Boedi Oetomo merupakan simbol semangat pembentukan peradaban Indonesia baru yang maju dan modern. Nilai utama Boedi Oetomo yang terangkum dalam “Ing ngarso sung tulodo (di depan memberikan contoh), ing madyo mangun karso (di tengah membangun motivasi), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan)” merupakan kontribusi buah pemikiran Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Nilai, prinsip, dan jiwa pendidikan Boedi Oetomo ini merumuskan pentingnya proses pendidikan sebagai upaya memerdekakan manusia. Upaya dan proses memerdekan manusia ini memerlukan sebuah kepemimpinan yang mampu memberikan contoh teladan, memotivasi, dan mendukung. Hari kelahiran Ki Hajar Dewantara pada tanggal 2 Mei 1889 yang juga merupakan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia pertama inilah yang ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional sejak 1959 melalui Keppres yang sama dengan penetapan Hari Kebangkitan Nasional.
Komentar