Arab Saudi Eksekusi Jurnalis Turki al-Jasser karena Kritik Pemerintah Lewat X

JurnalPatroliNews – Riyadh — Dunia internasional kembali diguncang kabar dari Arab Saudi setelah negara kerajaan itu melaksanakan eksekusi mati terhadap jurnalis Turki al-Jasser, yang dituding melakukan tindakan pengkhianatan tingkat tinggi terhadap negara. Eksekusi tersebut disebut sebagai peristiwa paling mengejutkan sejak kematian tragis Jamal Khashoggi pada 2018.

Dikutip dari The Guardian, Kamis (19/6/2025), Kementerian Dalam Negeri Saudi mengumumkan bahwa al-Jasser dieksekusi pada Sabtu lalu di Riyadh. Ia dituduh terlibat dengan kekuatan asing dan membahayakan keamanan nasional. Al-Jasser telah ditahan sejak 2018, dan menurut informasi yang beredar, ia mengalami penyiksaan selama proses penahanan.

“Turki memiliki dua akun Twitter. Salah satunya anonim dan sangat kritis terhadap pemerintah. Akun inilah yang akhirnya membuatnya ditangkap,” ungkap Abdullah Alaoudh, Direktur Middle East Democracy Center.

Al-Jasser diyakini sebagai sosok di balik akun anonim yang menyuarakan kritik tajam terhadap keluarga kerajaan dan isu hak asasi manusia. Di depan publik, ia dikenal sebagai pendiri blog Al-Mashhad Al-Saudi, yang fokus pada isu Palestina dan hak-hak perempuan.

Namun aktivitas digitalnya tersebut membuatnya menjadi target dalam gelombang represi terhadap para pembangkang. Penegak hukum Saudi menuduhnya sebagai pengkhianat, tanpa transparansi proses hukum yang jelas.

Kecaman Internasional Mengalir Deras

Tindakan eksekusi ini memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Sarah Leah Whitson, Direktur Eksekutif organisasi HAM DAWN, menyebut eksekusi al-Jasser sebagai bukti bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) masih menjalankan kepemimpinan dengan pendekatan represif.

“Mohammed bin Salman menggunakan pengadilan sebagai alat untuk menghabisi suara-suara yang berbeda. Dia tetap seorang diktator sensitif yang tak bisa menerima kritik,” tegas Whitson.

Peristiwa ini juga menyeret kembali memori kelam tentang infiltrasi agen Saudi ke platform Twitter pada 2014-2015, yang digunakan untuk membongkar identitas ribuan pengguna anonim—termasuk al-Jasser sendiri.

Salah satu kasus lain yang serupa adalah Abdulrahman al-Sadhan, yang dijatuhi hukuman 20 tahun penjara hanya karena mengelola akun satir. Kakaknya, Areej al-Sadhan, mengungkap bahwa Abdulrahman mengalami kekerasan fisik selama interogasi.

“Jari-jari tangannya dihancurkan. Mereka bilang, ‘Ini tangan yang kamu pakai buat nge-tweet’,” ujar Areej.

Peran MBS dalam Eksekusi

Meskipun MBS pernah menyatakan niat untuk memperbaiki sistem hukum negaranya, banyak analis menilai bahwa setiap hukuman mati tetap membutuhkan persetujuan langsung dari sang putra mahkota. Dengan demikian, eksekusi al-Jasser kemungkinan besar dilakukan dengan restu langsung dari MBS.

Kasus ini mengingatkan kembali pada pembunuhan Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018. Khashoggi, kolumnis The Washington Post dan pengkritik MBS, dibunuh oleh agen Saudi—peristiwa yang kemudian dikategorikan oleh PBB sebagai pembunuhan negara.

Laporan intelijen AS yang dirilis pada 2021 juga menegaskan bahwa MBS menyetujui pembunuhan tersebut.

Hingga kini, pemerintah Arab Saudi belum memberikan pernyataan resmi terkait eksekusi Turki al-Jasser, meski tekanan dari berbagai kelompok HAM dan pemerintah asing terus meningkat.

Komentar