AS Terima Puluhan Warga Kulit Putih Afrika Selatan di Bawah Kebijakan Baru Trump

JurnalPatroliNews – Jakarta – Gelombang pertama relokasi warga Afrika Selatan berkulit putih, yang dikenal sebagai Afrikaner, resmi dimulai pada Minggu, 11 Mei 2025, ketika 49 orang meninggalkan Johannesburg menuju Amerika Serikat menggunakan penerbangan carteran. Rombongan ini terdiri dari beberapa keluarga lengkap dengan anak-anak.

Kepindahan mereka ke Negeri Paman Sam merupakan tindak lanjut dari kebijakan Presiden Donald Trump yang menuai kontroversi di level internasional. Perintah eksekutif tersebut ditandatangani pada Februari lalu, dengan alasan bahwa komunitas Afrikaner mengalami diskriminasi rasial oleh pemerintah Afrika Selatan.

Kelompok ini dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Dulles, tak jauh dari Washington D.C., pada Senin pagi waktu setempat, 12 Mei 2025. Keberangkatan mereka sebelumnya diawasi ketat oleh otoritas bandara dan aparat keamanan di Bandara Internasional OR Tambo.

Menurut juru bicara Kementerian Transportasi Afrika Selatan, Collen Mbisi, semua warga tersebut telah melalui tahapan hukum dan pemeriksaan latar belakang secara menyeluruh. “Tak ada pelanggaran hukum yang ditemukan. Mereka berangkat secara legal,” jelas Mbisi, sebagaimana dikutip oleh Associated Press.

Perintah eksekutif Presiden Trump menyebut kebijakan afirmatif dan isu pengambilalihan tanah di Afrika Selatan sebagai bentuk perlakuan tidak adil terhadap komunitas berkulit putih. Wakil Kepala Staf Gedung Putih, Stephen Miller, menyatakan bahwa perlakuan yang diterima para Afrikaner sesuai dengan kriteria “penganiayaan rasial”, yang merupakan dasar utama bagi status pengungsi internasional.

Pemerintah Afrika Selatan membantah keras tuduhan itu. Dalam pernyataan resminya, mereka menyebut bahwa narasi diskriminasi terhadap warga Afrikaner adalah tidak berdasar dan tidak sesuai dengan realitas. Ditegaskan pula bahwa tidak ada program perampasan tanah secara paksa yang sedang berjalan, serta kebijakan redistribusi tanah belum diimplementasikan.

Pejabat Afrika Selatan menyebut Afrikaner sebagai salah satu komunitas paling mapan secara ekonomi di negara tersebut. “Mereka masih memainkan peran penting dalam perekonomian dan struktur sosial kami,” tegas perwakilan pemerintah.

Pemerintah Afrika Selatan dan sejumlah organisasi pengungsi internasional mempertanyakan prioritas AS yang membuka jalur cepat bagi warga dari negara stabil seperti Afrika Selatan, sementara banyak pengungsi dari kawasan konflik masih menunggu kepastian bertahun-tahun.

Rombongan ini diterbangkan oleh maskapai Omni Air International dari Oklahoma, dengan rute yang singgah di Dakar, Senegal. Setibanya di AS, mereka akan mendapat dukungan dari Departemen Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS), termasuk penyediaan perumahan, sandang, pangan, dan keperluan anak-anak.

Dokumen internal dari HHS menunjukkan bahwa pemukiman kembali warga Afrikaner masuk dalam daftar prioritas pemerintah saat ini. Diperkirakan relokasi selanjutnya sedang dalam tahap persiapan.

Diketahui, populasi Afrikaner saat ini berjumlah sekitar 2,7 juta jiwa dari total penduduk Afrika Selatan yang mencapai lebih dari 62 juta. Mereka adalah keturunan pemukim Eropa, terutama Belanda dan Prancis, dan telah menjadi bagian penting dari sejarah panjang negeri itu. Bahasa dan budaya mereka tetap hidup di berbagai penjuru negeri.

Kebijakan ini menjadi babak baru dalam hubungan Amerika Serikat dan Afrika Selatan serta menambah daftar panjang perdebatan soal standar ganda dalam penerimaan pengungsi.

Komentar