Banjir Bandang Hantam Texas Tengah, 43 Korban Jiwa dan Puluhan Masih Dicari

JurnalPatroliNews – Jakarta – Bencana banjir bandang yang melanda wilayah tengah Texas telah merenggut nyawa sedikitnya 43 orang, termasuk 15 anak-anak. Tragedi ini disebut sebagai salah satu peristiwa banjir terburuk dalam beberapa dekade terakhir di wilayah tersebut.

Sejumlah besar warga lainnya masih dilaporkan hilang, sementara upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan oleh petugas darurat.

Air bah tiba dengan cepat usai hujan deras mengguyur kawasan sekitar Sungai Guadalupe, sekitar 137 kilometer dari San Antonio. Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, permukaan air sungai naik drastis hingga mencapai 8,8 meter.

“Kami tahu potensi banjir ada, tetapi tak ada yang membayangkan skalanya akan sebesar ini,” kata Rob Kelly, hakim wilayah Kerr, dikutip Reuters, Minggu, 6 Juli 2025.

Lebih dari 850 orang berhasil diselamatkan, termasuk sejumlah warga yang bertahan hidup dengan bergelantungan di pepohonan saat arus deras melanda. Namun, puluhan lainnya, termasuk 27 anak perempuan dari perkemahan musim panas Camp Mystic, masih dalam pencarian.

Manajer Kota Kerrville, Dalton Rice, menjelaskan bahwa jumlah pasti orang hilang sulit dipastikan karena banyaknya korban yang belum teridentifikasi. “Kami hanya bisa mengonfirmasi 27 orang hilang yang terdata. Sisanya belum bisa dipastikan karena kami belum tahu siapa mereka,” ujarnya dalam konferensi pers Sabtu malam.

Sementara itu, Sheriff Kerr County, Larry Leitha, menyatakan bahwa 17 dari 43 korban meninggal belum berhasil diidentifikasi, dan lima di antaranya adalah anak-anak.

Texas Hill Country, yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan dan keluarga yang berkemah untuk merayakan 4 Juli, menjadi salah satu titik terparah terdampak banjir. Banyak korban diketahui sedang berada di tenda, rumah sewa, atau trailer saat banjir melanda secara tiba-tiba.

Letnan Gubernur Texas, Dan Patrick, mengungkapkan bahwa Camp Mystic saat itu sedang dihuni sekitar 700 anak perempuan. Salah satu pemilik perkemahan lain, Camp Heart O’ the Hills, Jane Ragsdale, turut menjadi korban dalam musibah ini.

Di kota Comfort, yang berjarak sekitar satu jam dari Camp Mystic, pohon-pohon tumbang, kendaraan tersapu banjir, dan akses jalan banyak yang terputus. Tonia Fucci, turis asal Pennsylvania, menyampaikan kesedihannya, “Pemandangan ini mengerikan. Banyak anak-anak hilang. Kami hanya berharap mereka segera ditemukan.”

Gubernur Texas Greg Abbott telah meminta Presiden Donald Trump untuk segera menyetujui status bencana federal agar bantuan darurat bisa segera disalurkan. Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kristi Noem, menyatakan bahwa permintaan tersebut akan dikabulkan. Trump sendiri menyampaikan belasungkawa melalui media sosial, “Saya dan Melania mendoakan seluruh korban. Petugas penyelamat kami bekerja tanpa henti.”

Namun, bencana ini juga menyoroti kelemahan sistem peringatan dini. Rick Spinrad, mantan Direktur NOAA, mengkritik pemangkasan anggaran dan tenaga di Badan Cuaca Nasional yang dianggap memperlambat respon terhadap cuaca ekstrem. “Kesiapan publik sangat terganggu, dan akibatnya fatal,” kata dia.

Meski status darurat resmi telah dicabut untuk wilayah Kerr, peringatan banjir masih berlaku hingga pukul 7 malam untuk beberapa daerah sekitar. Sementara itu, tim penyelamat terus mengevakuasi korban dari atap rumah, batang pohon, dan puing-puing yang tersisa, menggunakan helikopter serta membentuk rantai manusia untuk menjangkau lokasi-lokasi yang sulit.

Kerusakan besar terlihat di berbagai penjuru kota—rumah-rumah rata oleh arus, kendaraan terendam, dan puing-puing memenuhi aliran sungai. Upaya penyelamatan dan pemulihan masih jauh dari selesai.

Komentar