Banjir dan Longsor di Guizhou, China: 4 Tewas dan 17 Masih Dicari

JurnalPatroliNews – Jakarta – Bencana tanah longsor yang dipicu oleh hujan deras di Provinsi Guizhou, Tiongkok bagian barat daya, telah merenggut nyawa empat orang dan menyebabkan 17 lainnya dinyatakan hilang pada Kamis waktu setempat.

Dilaporkan oleh media nasional CCTV dan dikutip oleh Reuters (Jumat, 23 Mei 2025), dua korban ditemukan meninggal di kota Changshi, sementara dua lainnya berasal dari desa Qingyang di kawasan sekitar. Di desa ini, sebanyak 19 warga dari delapan keluarga dilaporkan terjebak dalam longsor besar yang menghantam permukiman mereka.

Untuk mengantisipasi kemungkinan longsor susulan, otoritas setempat telah menerbitkan peringatan risiko bencana geologi. Anggota militer turut dikerahkan guna mempercepat proses evakuasi dan pencarian korban yang masih hilang.

Cuaca ekstrem ini menambah daftar panjang bencana yang melanda China, negara yang disebut sangat rentan terhadap dampak krisis iklim karena besarnya jumlah penduduk dan eksposur geografis. Peningkatan suhu ekstrem dan pola hujan yang tidak menentu telah memperburuk risiko bencana alam dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai bentuk tanggap cepat, pemerintah China mengaktifkan sistem darurat level tiga—tingkat respons tertinggi ketiga—untuk wilayah Guizhou serta provinsi sekitar seperti Hunan dan Jiangxi. Total lebih dari 400 petugas tanggap darurat, termasuk tentara dan petugas pemadam kebakaran, telah dikerahkan ke lokasi bencana.

Tak hanya di Guizhou, bencana serupa juga melanda provinsi Guangdong dan wilayah otonom Guangxi di selatan. Dalam sepekan terakhir, hujan lebat di kawasan tersebut menyebabkan tujuh orang tewas, dan sejumlah lainnya masih belum ditemukan. Pemerintah setempat mengeluarkan peringatan intens untuk potensi banjir bandang dan tanah longsor.

Data cuaca menunjukkan bahwa 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat di Tiongkok dalam enam dekade terakhir, menandai dua tahun berturut-turut di mana rekor suhu tinggi terus dipecahkan.

Komentar