JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Tiongkok, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, angkat bicara menanggapi keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru-baru ini menggandakan bea masuk baja dan aluminium asal China menjadi 50%. Pernyataan resmi ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yongqian, dalam konferensi pers pada Kamis, 5 Juni 2025.
He menilai langkah AS sebagai bentuk proteksionisme ekonomi yang terang-terangan dan bertentangan dengan semangat perdagangan global yang sehat. Ia menegaskan bahwa ketentuan tarif berdasarkan Pasal 232 yang diberlakukan Trump bukan hanya sepihak dan menyimpang, tetapi juga telah dinyatakan melanggar ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Kebijakan kenaikan tarif ini bukan hanya akan merugikan negara lain, tetapi juga akan menjadi bumerang bagi Amerika sendiri. Selain gagal menjamin ketahanan industri nasional, kebijakan tersebut berpotensi mengguncang kestabilan rantai pasok dan ekosistem industri global,” jelas He seperti dikutip oleh Newsweek.
China pun mendesak Amerika untuk kembali pada prinsip-prinsip ekonomi yang rasional, menghentikan penggunaan dalih keamanan nasional secara berlebihan, serta mengedepankan dialog yang adil dalam menyelesaikan konflik dagang.
Di sisi lain, Trump berdalih bahwa lonjakan tarif tersebut dibutuhkan untuk melindungi produsen baja dan aluminium domestik dari banjir produk murah luar negeri yang dinilai mengancam kelangsungan industri strategis AS. Tarif baru ini diberlakukan mulai Rabu tengah malam waktu setempat.
Pemerintah AS menetapkan langkah tersebut di bawah payung hukum Section 232 dari Trade Expansion Act, dengan dalih menjaga kapasitas produksi nasional demi alasan ekonomi sekaligus pertahanan.
Namun sejumlah pihak di kalangan industri menyuarakan kekhawatiran. Mereka menilai tarif tinggi justru akan meningkatkan biaya bahan baku bagi sektor penting seperti konstruksi, otomotif, energi, dan manufaktur, serta mendorong kenaikan harga bagi konsumen.
Peterson Institute for International Economics menyebut bahwa kebijakan ini dapat membuat baja produksi AS makin tidak kompetitif di pasar global. Salah satu peneliti mereka, Gary Clyde Hufbauer, menulis di platform X bahwa langkah ini justru akan memperkaya segelintir pelaku industri baja di dalam negeri, sementara publik menanggung dampaknya melalui harga barang yang lebih mahal.
Komentar