JurnalPatroliNews– Jakarta – Sebuah dokumen rahasia yang bocor telah mengungkap alasan di balik keputusan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk terus melanjutkan serangan di Gaza, meskipun Israel telah berhasil menguasai wilayah tersebut dan menewaskan sejumlah pemimpin Hamas.
Dalam laporan yang dirilis oleh The Guardian, terungkap bahwa militer Israel (IDF) memanipulasi informasi terkait 101 sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas.
Dokumen itu menyatakan bahwa IDF berbohong dengan mengklaim bahwa sandera-sandera tersebut akan dibawa ke Yaman dan Iran melalui Mesir.
Manipulasi ini digunakan sebagai dalih untuk mempertahankan kontrol atas perbatasan Gaza dan Mesir, yang pada gilirannya membatalkan segala upaya gencatan senjata dengan Hamas.
Taktik ini diyakini Netanyahu sebagai strategi untuk mengamankan posisinya di parlemen Israel, terutama di tengah kritik yang menyasar pemerintahannya terkait ketidakmampuan untuk membebaskan sandera.
Netanyahu juga terjebak dalam berbagai kasus hukum domestik, termasuk tuduhan penipuan dan pelanggaran kepercayaan publik.
Situasi ini membuatnya terpaksa melanjutkan agresi militer, karena “apa pun kecuali kemenangan total atas Hamas merupakan kutukan bagi sekutu sayap kanannya,” ungkap laporan tersebut.
Kebocoran dokumen ini pertama kali muncul di media Inggris, seperti The Jewish Chronicle dan tabloid Jerman, Bild. Setelah berita ini beredar, The Jewish Chronicle mencabut laporan dan memecat jurnalis yang menulisnya.
Penyelidikan Keamanan
Sementara itu, pengadilan Israel telah menahan beberapa pejabat terkait kebocoran ini. Penyidik menyatakan bahwa ada pelanggaran keamanan nasional akibat penyebaran informasi rahasia yang diambil secara ilegal dari IDF. Netanyahu membantah adanya kesalahan dari stafnya, menyatakan bahwa ia hanya mengetahui dokumen yang bocor tersebut dari laporan media.
Reaksi Keluarga Sandera
Keluarga sandera yang menunggu kabar mengenai nasib anggota mereka mengecam upaya pengadilan untuk membungkam informasi.
Mereka menyatakan bahwa sudah terlalu lama hidup dalam kebingungan dan meminta akses informasi yang jelas mengenai kondisi dan proses negosiasi pembebasan. Pengacara mereka menegaskan, “Jika sebagian dari informasi tersebut telah dicuri dari sumber-sumber militer, maka keluarga berhak mengetahui detail yang relevan.”
Komentar