JurnalPatroliNews – Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terus berupaya menengahi konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina. Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa negosiasi yang dipimpin Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, masih jauh dari solusi permanen. Untuk saat ini, kedua pihak hanya mampu mencapai kesepakatan sementara berupa gencatan senjata terbatas yang melarang serangan terhadap sektor energi dan infrastruktur vital.
Meskipun sempat memberikan harapan bagi investor global, kabar ini tidak cukup kuat untuk mendorong kepercayaan pasar. Para pelaku pasar kembali mengalihkan fokusnya ke kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang sedang menjadi pusat perhatian. Laporan terbaru menunjukkan bahwa investor semakin pesimistis mengenai kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini dipicu oleh data ekonomi terbaru yang dinilai belum mendukung langkah tersebut.
Situasi ini berdampak pada pergerakan indeks Dolar AS yang tetap berada dalam kisaran terbatas dengan kecenderungan melemah. Kondisi ini turut memberikan ruang bagi mata uang utama dunia untuk menguat, meskipun kenaikannya masih terbatas. Sayangnya, penguatan yang terjadi tidak cukup signifikan untuk mendorong mata uang Asia keluar dari tekanan.
Pantauan perdagangan pertengahan pekan di pasar Asia pada Rabu, 19 Maret 2025, menunjukkan bahwa mayoritas mata uang Asia masih berada dalam tren pelemahan tipis. Minimnya sentimen positif di kawasan turut memperberat tekanan terhadap mata uang regional, membuatnya sulit mencatatkan pergerakan signifikan.
Hingga perdagangan sore hari, hanya Peso Filipina dan Ringgit Malaysia yang masih bertahan di zona hijau, meskipun penguatannya sangat tipis dan tetap rentan untuk berbalik melemah.
Komentar