Duterte Buat Geger, Usulkan Ledakan Bom untuk Anggota DPR Filipina

JurnalPatroliNews – Jakarta – Situasi politik di Filipina kembali memanas setelah mantan Presiden Rodrigo Duterte mengeluarkan pernyataan kontroversial yang mengejutkan publik. Dalam sebuah kampanye, Duterte menyarankan agar beberapa senator dan anggota DPR di negaranya dibunuh dengan bom demi membuka ruang di Senat bagi pihaknya.

Dalam pidatonya, Duterte menganggap jumlah senator di Filipina terlalu banyak dan dengan nada sarkastik, ia menyebut bahwa membunuh sekitar 15 senator bisa memberikan kesempatan bagi orang-orangnya untuk masuk ke lembaga legislatif tersebut.

“Jika kita bisa menyingkirkan 15 senator, maka kita bisa mengambil alih Senat. Sayangnya, beberapa dari mereka sangat menjengkelkan. Tapi tidak semuanya,” ucap Duterte dalam kampanyenya di Davao, kota yang pernah dipimpinnya selama lebih dari dua dekade sebelum menjadi presiden.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa cara yang paling efektif untuk melakukannya adalah dengan menggunakan bom.

Pernyataan Duterte ini muncul di tengah pemakzulan putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte. Nasib politiknya kini berada di tangan Senat Filipina yang beranggotakan 24 orang, yang mayoritasnya adalah sekutu Presiden Ferdinand Marcos Jr. Jika dua pertiga dari total senator mendukung pemakzulannya, Sara Duterte bisa diberhentikan dari jabatannya dan dilarang berpolitik secara permanen.

Ketegangan Politik Duterte dan Marcos Jr
Duterte dikenal sebagai pemimpin yang sering melontarkan ancaman keras terhadap pejabat publik, termasuk politisi, hakim, dan aparat kepolisian. Selama masa pemerintahannya hingga 2022, ia menjalankan perang brutal terhadap narkoba yang mengakibatkan tewasnya ribuan orang.

Duterte juga kerap menuding Presiden Marcos Jr. terlibat dalam penggunaan narkoba ilegal. Ia bahkan secara terbuka menyebut Marcos sebagai “pengguna heroin” yang terus-menerus.

Ketegangan antara keluarga Duterte dan Marcos makin memuncak setelah aliansi politik mereka runtuh. Awalnya, pada Pilpres 2022, Sara Duterte dan Marcos Jr. berkoalisi dan berhasil memenangkan pemilihan. Namun, dalam waktu singkat, hubungan mereka memburuk akibat tuduhan penyalahgunaan dana publik.

Pada bulan November 2024, Sara Duterte mengejutkan publik dengan pernyataan bahwa ia pernah memerintahkan seseorang untuk membunuh Marcos. Ia juga menyebut Marcos sebagai pemimpin lemah dan tidak kompeten, bahkan mengaku pernah membayangkan memenggal kepalanya.

Kini, Biro Investigasi Nasional Filipina telah merekomendasikan tuntutan pidana terhadap Sara Duterte atas dugaan ancaman pembunuhan terhadap Marcos Jr. Dengan semakin tajamnya konflik politik di Filipina, negara itu kini berada di persimpangan besar dalam sejarah politiknya.

Komentar