JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Thailand sedang menyelidiki runtuhnya sebuah gedung pencakar langit yang roboh setelah gempa bumi bermagnitudo 7,7 mengguncang Asia Tenggara pada 28 Maret 2025. Gedung yang belum selesai dibangun itu dikerjakan oleh kontraktor asal China, China Railway No. 10 Engineering Group.
Peristiwa ini menarik perhatian publik, terutama karena meningkatnya investasi China di Thailand. Banyak pihak mempertanyakan standar konstruksi dan transparansi proyek infrastruktur yang melibatkan perusahaan asing.
Meskipun pusat gempa berada di Myanmar dan telah menewaskan lebih dari 2.000 orang, runtuhnya gedung di Bangkok menjadi simbol dramatis dari dampak bencana tersebut. Bangunan yang berlokasi di dekat Pasar Chatuchak itu menyebabkan 12 dari total 19 korban tewas di Thailand. Hingga kini, 75 orang masih dinyatakan hilang, sementara upaya pencarian terus berlangsung.
Investigasi Penyebab Runtuhnya Gedung
Gedung setinggi lebih dari 30 lantai ini merupakan proyek patungan antara China Railway No. 10 dan perusahaan konstruksi lokal Italian-Thai Development (ITD), dengan kontraktor China memegang 49% saham, batas maksimal yang diperbolehkan untuk kepemilikan asing di Thailand.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, pada 30 Maret 2025 membentuk tim ahli untuk menyelidiki penyebab runtuhnya bangunan tersebut. Ia mempertanyakan mengapa hanya gedung itu yang ambruk total, sementara bangunan lain di sekitar tetap berdiri.
Kementerian Perindustrian Thailand telah mengumpulkan sampel material untuk menguji kualitas besi dan beton yang digunakan dalam proyek tersebut. Wakil Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, menegaskan bahwa baik perusahaan China maupun Thailand harus bertanggung jawab atas insiden ini.
Kontroversi Bertambah Setelah Penangkapan Warga China
Situasi semakin memanas setelah empat warga negara China ditangkap saat mencoba membawa keluar 32 dokumen dari area gedung yang runtuh tanpa izin. Mereka melanggar aturan di zona bencana dan kini menghadapi tuntutan hukum.
Foto-foto penangkapan mereka tersebar luas di media lokal, memicu spekulasi bahwa ada upaya untuk menyembunyikan informasi penting terkait proyek tersebut.
Dampak terhadap Hubungan Investasi China-Thailand
China merupakan investor asing terbesar di Thailand, menyumbang 25% dari total Foreign Direct Investment (FDI) pada 2023. Namun, insiden ini memicu perdebatan tentang dominasi kontraktor China dalam proyek-proyek strategis Thailand, terutama sejak pemerintahan militer di bawah Prayut Chan-o-cha.
Jurnalis senior Thailand, Pravit Rojanaphruk, menyoroti bahwa karena kontraktor China yang terlibat adalah perusahaan milik negara, maka pemerintah China seharusnya turut bertanggung jawab dalam investigasi.
“Jika mereka berpura-pura ini bukan urusan pemerintah China, justru akan memperburuk sentimen publik Thailand terhadap investasi China,” tulisnya di media sosial.
Sementara itu, China Railway Group (induk dari China Railway No. 10) belum memberikan pernyataan resmi. Dalam keterangannya di bursa saham Thailand pada 31 Maret, ITD hanya menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan menegaskan kesiapannya untuk bekerja sama dalam penyelidikan.
“Kami berkomitmen untuk mendukung semua upaya penanganan bencana dan akan mengambil langkah perbaikan secepat mungkin,” tulis ITD dalam pernyataan resminya.
4o
Komentar