Gelombang Solidaritas, Protes Pro-Palestina Menjalar ke Australia

JurnalPatroliNews – Australia – Gelombang protes pro-Palestina semakin meluas. Bila sebelumnya terjadi di Amerika Serikat, Kanada, Prancis, kini terjadi di Australia.

Ratusan orang yang memprotes perang Israel di Gaza di salah satu universitas terkemuka di Australia pada hari Jumat (3/5) menuntut universitas tersebut melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel. Ini merupakan sebuah gerakan yang terinspirasi oleh pendudukan mahasiswa yang melanda kampus-kampus di Amerika.

Para aktivis pro-Palestina bahkan mendirikan perkemahan di luar gedung utama Universitas Sydney, salah satu institusi pendidikan terbesar di Australia. Tak hanya itu, gerakan serupa juga merebak di Melbourne, Canberra, dan beberapa kota lainnya di Australia.

Tentang perlakuan keamanan, berbeda dengan di AS yang beberapa kali terjadi penindasan keras terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina, protes di Australia berlangsung damai dengan kehadiran polisi yang minim.

Pengunjuk rasa menuntut agar Universitas Sydney mencabut investasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan Israel, seruan ini juga sejalan dengan aksi serupa di AS, Kanada, dan Prancis.

Salah seorang pengunjuk rasa, Matt (39), turut serta dalam aksi tersebut sambil menggendong anaknya yang berusia dua tahun. Menurutnya, ini bukan hanya soal murid yang mengecam tindakan Israel di Gaza, tetapi juga tanggung jawab semua orang untuk turut serta dalam meningkatkan kesadaran dan menunjukkan solidaritas.

“Setelah Anda memahami apa yang sedang terjadi, Anda mempunyai tanggung jawab untuk mencoba dan terlibat serta meningkatkan kesadaran dan menunjukkan solidaritas,” katanya kepada Reuters, yang tidak ingin disebutkan nama belakangnya.

Di seberang lokasi protes, ratusan orang berkumpul dengan membawa bendera Australia dan Israel. Mereka mengklaim bahwa protes pro-Palestina membuat mahasiswa dan staf Yahudi merasa tidak aman di kampus.

Wakil rektor Universitas Sydney, Mark Scott, menyatakan bahwa kelompok pro-Palestina diizinkan untuk berdemonstrasi di kampus karena tidak ada kekerasan yang terjadi seperti di AS.

“Tidak ada ruang bagi orang lain, berjalan melalui kampus sambil meneriakkan ‘Intifada’ dan ‘from the river to the sea’ itu berdampak buruk, dan menakutkan,” kata Sarah, seorang akademisi yang menolak menyebutkan namanya karena takut akan dampaknya.

Meskipun beberapa mobil polisi terparkir di pintu masuk universitas, tidak ada kehadiran polisi yang mencolok selama kedua protes tersebut berlangsung.

Australia, yang sebelumnya dikenal sebagai sekutu setia Israel, kini semakin kritis terhadap tindakan Israel di Gaza, terutama setelah seorang pekerja bantuan Australia tewas dalam serangan Israel bulan lalu.

Para pengunjuk rasa pro-Palestina menegaskan bahwa pemerintah Australia belum melakukan langkah yang cukup untuk mendorong perdamaian, sambil menyerukan penentangan terhadap Perdana Menteri Anthony Albanese dan pemerintahannya.

Komentar