JurnalPatroliNews – Jakarta,- Gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hezbollah mulai diterapkan pada Rabu, setelah lebih dari satu tahun pertempuran yang mematikan. Kesepakatan ini dimediasi oleh Amerika Serikat dan Prancis, bertujuan untuk mengakhiri hampir 14 bulan konflik antara Israel dan kelompok yang didukung Iran tersebut.
Dilansir dari BBC pada 27 November 2024, perjanjian gencatan senjata diumumkan pada Selasa malam oleh Israel, Prancis, dan AS. Presiden Joe Biden menegaskan bahwa kesepakatan ini bertujuan untuk mencapai “penghentian permanen permusuhan”. Meski gencatan senjata mulai berlaku, serangan antara kedua belah pihak tercatat masih terjadi hingga beberapa saat sebelum gencatan senjata dimulai.
Beberapa jam sebelum gencatan senjata diterapkan, Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk beberapa bagian Beirut, sementara Hezbollah juga meluncurkan drone ke wilayah Israel. Setelah gencatan senjata diberlakukan, pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperingatkan warga Lebanon selatan untuk tidak mendekati desa-desa yang telah diperintahkan untuk dievakuasi.
Konflik ini, yang dimulai pada Oktober 2023, telah mengakibatkan lebih dari 3.800 korban jiwa dan memicu krisis pengungsi di Lebanon. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Israel akan menarik pasukannya secara bertahap dari wilayah selatan Lebanon dalam waktu 60 hari. Pasukan Lebanon akan menggantikan posisi Israel di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menyambut baik kesepakatan ini, namun menekankan agar Israel mematuhi sepenuhnya perjanjian dan menarik pasukannya dari wilayah yang didudukinya. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Israel tidak akan ragu untuk mengambil tindakan militer jika Hezbollah melanggar kesepakatan.
Kesepakatan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang telah berlangsung lama dan membuka ruang untuk diplomasi lebih lanjut, khususnya dalam menangani konflik yang masih berlangsung di Gaza.
Komentar