JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Yunani resmi memberlakukan status darurat mulai Kamis (13/2/2025) hingga 11 Maret mendatang setelah rentetan gempa bawah laut mengguncang sejumlah wilayah kepulauan.
Berdasarkan laporan The Watchers, keputusan ini diambil usai gempa berkekuatan 4,2 magnitudo mengguncang perairan antara Santorini dan Amorgos. Data dari Institut Geodinamika Observatorium Nasional Athena mencatat pusat gempa terletak 23 km barat daya Arkesini, Amorgos, dengan kedalaman 10 km.
Tak lama berselang, gempa serupa dengan kekuatan yang sama terjadi di titik yang berdekatan, sekitar 229 km tenggara ibu kota Athena.
Mobilisasi Tim Darurat
Pemerintah setempat telah mengerahkan berbagai satuan tanggap bencana, termasuk pemadam kebakaran, kepolisian, penjaga pantai, dan militer untuk membantu wilayah yang terdampak. Warga di Santorini, baik penduduk tetap maupun pekerja musiman, memilih mengungsi secara mandiri guna menghindari risiko lebih lanjut. Sementara itu, tim ahli tengah mengevaluasi kondisi bangunan dan fasilitas penting di berbagai pulau.
Seismolog awalnya memperkirakan aktivitas seismik akan mereda. Namun, serangkaian gempa yang terus terjadi justru menimbulkan kekhawatiran. Episentrum gempa kini bergeser ke utara, semakin mendekati Amorgos, yang berpotensi meningkatkan risiko gempa lanjutan di kawasan tersebut.
Fenomena Seismik yang Tidak Biasa
Sejak 26 Januari 2025, Komite Manajemen Krisis Universitas Athena mencatat lebih dari 12.000 gempa dengan magnitudo di atas 1 di wilayah Aegea Tenggara. Yunani memang dikenal sebagai salah satu kawasan paling aktif secara seismik di Eropa, namun intensitas dan durasi aktivitas gempa kali ini tergolong di luar kebiasaan.
Lokasi aktivitas gempa juga menyoroti kemungkinan keterlibatan gunung berapi bawah laut Kolumbo yang terletak 6,5 km timur laut Santorini. Gunung berapi ini merupakan bagian dari sistem vulkanik Santorini yang pernah mengalami letusan besar pada tahun 1650, menyebabkan tsunami, aliran piroklastik, serta emisi gas beracun yang mematikan.
Hingga kini, Kolumbo tetap aktif dan terus dipantau secara ketat. Para ahli sedang menginvestigasi apakah rangkaian gempa ini berkaitan dengan tekanan tektonik di sepanjang patahan Kolumbo dan Kameni atau adanya pergerakan magma di kedalaman bumi.
Komentar