Irak Tidak Lagi Perlu Pasukan AS Untuk Perangi ISIS

JurnalPatroliNews Irak–  Irak tidak lagi membutuhkan pasukan tempur Amerika Serikat untuk memerangi kelompok militan ISIS. Begitu pernyataan yang dilontarkan oleh Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada akhir pekan ini.

Meski begitu, dia menjelaskan bahwa kerangka waktu formal untuk penempatan kembali pasukan Amerika Serikat akan tergantung pada hasil pembicaraan dengan pejabat Amerika Serikat pekan ini.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Associated Press dia menjelaskan bahwa Irak masih akan meminta pelatihan Amerika Serikat dan pengumpulan intelijen militer. Namun pihaknya akan mencari garis waktu untuk penarikan pasukan tempur Amerika Serikat tersebut.

“Tidak perlu ada pasukan tempur asing di tanah Irak,” tegasnya dalam wawancara tersebut.

“Perang melawan ISIS dan kesiapan pasukan kami membutuhkan jadwal khusus, dan ini tergantung pada negosiasi yang akan kami lakukan di Washington,” tambahnya.

Wawancara ini dirilis jelas kunjungannya ke Amerika Serikat. Al-Kadhimi rencananya akan mengunjungi Gedung Putih dan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk perbincangan lebih lanjut terkait hal tersebut.

Meski begitu, al-Kadhimi tidak menampik bahwa ancaman kebangkitan ISIS di Irak masih ada. Oleh karena itu pihaknya berhati-hati untuk menekankan bahwa Baghdad tidak mencari penarikan penuh.

“Apa yang kami inginkan dari kehadiran Amerika Serikat di Irak adalah untuk mendukung pasukan kami dalam melatih dan mengembangkan efisiensi dan kemampuan mereka, dan dalam kerja sama keamanan,” kata al-Kadhimi.

“Irak memiliki seperangkat senjata Amerika yang membutuhkan perawatan dan pelatihan. Kami akan meminta pihak Amerika untuk terus mendukung pasukan kami dan mengembangkan kemampuan kami,” jelasnya.

Diketahui bahwa kehadiran pasukan Amerika Serikat di Irak telah mencapai sekitar 2.500 sejak akhir tahun lalu ketika Presiden Donald Trump memerintahkan pengurangan dari semula 3.000 pasukan.

Langkah penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak sebenarnya telah digaungkan sejak pemerintahan Presiden Barack Obama. Pada saat itu, Obama menarik pasukan Amerika Serikat dari Irak pada tahun 2011, menciptakan kekosongan keamanan yang membantu munculnya ISIS. Lalu pada tahun 2014, pasukan Amerika Serikat kembali dikerahkan ke sana.

Masih belum jelas persis bagaimana Washington dan Baghdad mendefinisikan pasukan tempur dan berapa banyak pasukan yang benar-benar akan dikerahkan di bawah rencana tersebut.

Komentar