JurnalPatroliNews – AS – Tindakan Israel yang terus menerus menyerang Gaza, mengakibatkan kematian warga sipil dan pekerja kemanusiaan dari berbagai organisasi, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dikabarkan membuat Amerika Serikat (AS) merasa frustrasi.
Frustrasi ini diungkapkan oleh Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB awal pekan ini. Ia menegaskan bahwa banyak serangan militer Israel yang mengakibatkan cedera atau kematian personel PBB dan pekerja kemanusiaan “sebenarnya dapat dihindari.”
Thomas-Greenfield menekankan pentingnya Israel untuk memfasilitasi operasi kemanusiaan di wilayah Palestina, serta melindungi pekerja kemanusiaan dan fasilitas seperti tempat penampungan yang dikelola UNRWA. Ia juga menyatakan “kemarahan” AS atas kematian aktivis Turki-Amerika, Aysenur Eygi, yang ditembak selama protes di Tepi Barat. Pasukan Pertahanan Israel mengklaim insiden tersebut kemungkinan besar terjadi secara tidak sengaja, dan penyelidikan kriminal sedang berlangsung.
“IDF adalah militer profesional yang seharusnya tahu cara mencegah insiden semacam ini,” ujar Thomas-Greenfield, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press.
Ia menegaskan bahwa AS mengharapkan perubahan signifikan dalam cara operasi militer Israel, termasuk aturan keterlibatan dan prosedur, untuk memastikan bahwa aksi militer tidak mengganggu kegiatan kemanusiaan dan tidak menargetkan sekolah atau fasilitas sipil lainnya.
“Telah kami komunikasikan dengan jelas kepada Israel bahwa tidak ada alasan bagi pasukan mereka untuk menembaki kendaraan PBB yang jelas-jelas ditandai, seperti yang telah terjadi baru-baru ini,” tambahnya.
Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan militan Hamas, yang sering bersembunyi di antara warga sipil dan menggunakan mereka sebagai tameng, sebagai balasan atas serangan yang terjadi pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan memicu konflik di Gaza.
Banyak anggota dewan merujuk pada serangan Israel terhadap bekas sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan untuk warga sipil yang dikelola UNRWA, di mana enam staf UNRWA termasuk di antara 18 orang yang tewas, termasuk wanita dan anak-anak. Israel berargumen bahwa mereka menargetkan pusat komando dan kendali Hamas di lokasi tersebut. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengklaim bahwa militan Hamas tewas dalam serangan itu, mencantumkan empat nama dan menyatakan bahwa mereka bekerja untuk UNRWA di siang hari dan untuk Hamas di malam hari.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan penyelidikan independen terhadap insiden tersebut.
Sejak dimulainya serangan Israel, lebih dari 41.000 warga Palestina dilaporkan tewas, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dalam serangan yang dinilai tidak membedakan antara warga sipil dan anggota kelompok Hamas.
Komentar