Jepang Terancam Dua Krisis Besar, Populasi Lansia dan Kekurangan Tenaga Kerja!

Menyadari dampak ekonomi dan sosial dari tren ini, pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri Fumio Kishida telah memperkenalkan berbagai kebijakan untuk mendongkrak angka kelahiran. Salah satunya adalah dengan meningkatkan dana untuk program pengasuhan anak dan memperbanyak fasilitas penitipan anak. Pemerintah daerah bahkan meluncurkan aplikasi kencan untuk mendorong warga menikah dan memiliki anak.

Namun, meskipun langkah-langkah tersebut bisa mendongkrak angka kelahiran, peningkatan populasi ini tidak akan cukup untuk menutupi kekurangan tenaga kerja dalam waktu dekat. Oleh karena itu, Jepang secara perlahan membuka diri terhadap migrasi selama beberapa tahun terakhir. Pada 2024, jumlah pekerja asing di Jepang mencapai 2 juta, dengan target penambahan 800.000 tenaga kerja asing lagi dalam lima tahun ke depan.

Meski demikian, Feldman menegaskan bahwa menambah jumlah pekerja asing dalam skala besar tidak akan mudah. “Dibutuhkan puluhan juta pekerja migran untuk menutupi dampak dari krisis demografi ini, dan saya tidak yakin hal itu akan terjadi,” ujarnya.

Sebagai solusinya, Jepang perlu meningkatkan produktivitas tenaga kerja mudanya melalui investasi besar-besaran, termasuk penerapan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi. Feldman menambahkan, “Meningkatkan produktivitas ini akan sangat penting dalam menghadapi penurunan tenaga kerja domestik.”

Komentar