JurnalPatroliNews – Jakarta – Dalam rentang kurang dari dua hari, dua Jet tempur Typhoon milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) dilaporkan melakukan intersepsi terhadap pesawat militer Rusia yang terbang mendekati kawasan udara aliansi NATO, tepatnya di wilayah Baltik yang kian menjadi titik strategis kawasan Eropa Timur.
Langkah ini menandai ketegasan Inggris bersama sekutunya dalam menjaga garis batas pertahanan udara Eropa di tengah meningkatnya tensi dengan Rusia.
Sejak akhir Maret 2025, Inggris telah mengerahkan enam jet tempur Typhoon serta hampir 200 personel militer ke Pangkalan Udara Malbork di Polandia timur, sebagai bagian dari rotasi misi Enhanced Air Policing NATO. Dalam misi tersebut, Inggris beroperasi berdampingan dengan Swedia, negara anggota baru NATO.
Menurut laporan resmi Kementerian Pertahanan Inggris, dua jet Typhoon dari RAF dikerahkan Kamis lalu untuk menghadang sebuah pesawat Rusia yang lepas landas dari Kaliningrad—wilayah eksklave Rusia yang secara geografis terjepit di antara Polandia dan Lithuania. Pesawat itu terbang mendekati wilayah udara NATO tanpa izin, memicu respons cepat dari koalisi.
Hanya dua hari sebelumnya, dua jet tempur Inggris lainnya juga melakukan intersepsi terhadap Ilyushin Il-20M, pesawat pengintai Rusia yang melintas di atas Laut Baltik. Kedua insiden tersebut tercatat sebagai pencegatan perdana dalam rotasi operasi Inggris yang dinamai Operation Chessman.
Peningkatan kehadiran udara NATO di timur Eropa sebenarnya bukan fenomena baru. Sejak aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014, aliansi ini memperkuat pengawasan udara di wilayah Baltik dan sekitarnya untuk menangkal ancaman.
Kaliningrad sendiri selama ini dipandang sebagai “mata dan telinga Rusia” di kawasan Laut Baltik. Lokasinya yang strategis membuatnya menjadi pusat perhatian intelijen dan militer, terlebih setelah Swedia dan Finlandia resmi bergabung dengan NATO, mengubah peta geopolitik Baltik menjadi semacam “danau NATO” secara de facto.
Sejak akhir 2023, Laut Baltik menjadi sorotan karena munculnya serangkaian insiden misterius, seperti kerusakan terhadap jaringan kabel bawah laut yang dicurigai sebagai bagian dari operasi sabotase atau aktivitas intelijen bawah laut. Untuk mengantisipasi eskalasi, NATO memperkuat patroli laut dan udara secara intensif di wilayah tersebut.
Petinggi militer NATO, termasuk Jenderal Jürgen-Joachim von Sandrart, mantan Komandan Korps Multinasional NATO di Polandia, telah memperingatkan bahwa Rusia menaruh perhatian luar biasa besar terhadap Baltik.
Di sisi lain, insiden terbaru ini menandai tonggak penting bagi Swedia, yang untuk pertama kalinya ambil bagian dalam misi patroli udara internasional sebagai anggota penuh NATO. Bersama Finlandia, Swedia memutus kebijakan netralitas mereka menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, yang mengubah arah geopolitik Eropa.
Inggris sendiri bukan pendatang baru dalam misi udara NATO. Sepanjang tahun lalu, RAF menjalankan tugas serupa di Rumania (April 2024) dan Islandia (Agustus 2024) dalam program penjagaan wilayah udara utara—yang kini menjadi titik ketegangan antara NATO, Rusia, dan Tiongkok.
Komentar