Kanselir Jerman Kritik Tajam Serangan Gaza, Israel Hadapi Tekanan Baru dari Eropa

Meski Merz enggan memberi komentar soal kebijakan ekspor senjata, sumber internal menyebut bahwa hal tersebut berada di bawah otoritas Dewan Keamanan yang dipimpin langsung oleh sang Kanselir.

Selama ini, Jerman menganut prinsip Staatsräson, yaitu komitmen moral terhadap keselamatan negara Israel sebagai pelajaran dari sejarah kelam masa lalu. Bahkan di tengah seruan penangkapan terhadap PM Benjamin Netanyahu oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), pemerintah Jerman sempat menyatakan akan tetap menyambutnya di Berlin. Potret militan Hamas yang mendarat di Pantai Zikim pada 7 Oktober 2023 bahkan dipajang di kantor Kanselir sebagai simbol solidaritas.

Namun, meningkatnya jumlah korban jiwa dan krisis kemanusiaan akibat serangan udara Israel dalam beberapa hari terakhir memicu tekanan dari berbagai pihak, termasuk dari dalam negeri. Survei Civey yang dirilis oleh Tagesspiegel menunjukkan bahwa 51% masyarakat Jerman menolak pengiriman senjata ke Israel, sedangkan survei dari Bertelsmann Foundation mengungkap hanya 36% warga Jerman yang masih memiliki persepsi positif terhadap Israel — turun drastis dibandingkan 46% pada 2021.

Sementara itu, hanya seperempat warga Jerman yang merasa negaranya masih memiliki tanggung jawab khusus terhadap Israel, berbanding terbalik dengan 64% warga Israel yang menganggap Jerman masih berutang secara moral.

Situasi ini mendorong Komisaris Antisemitisme Jerman, Felix Klein, untuk menyerukan peninjauan ulang terhadap pendekatan Berlin terhadap Israel. Ia menegaskan bahwa trauma Holocaust tidak boleh dijadikan pembenaran tanpa batas atas setiap kebijakan Israel.

Sejarawan terkemuka Israel, Moshe Zimmermann, menilai bahwa pergeseran opini publik di Jerman merupakan bagian dari dinamika global yang lebih luas, meskipun para elit politik Jerman masih terjebak dalam narasi sejarah Perang Dunia II yang cenderung satu arah.

“Politisi Jerman masih terlalu terikat dengan masa lalu. Mereka melihat bangsa Yahudi sebagai korban abadi, sehingga selalu berpihak pada Israel tanpa memandang konteks. Tapi sekarang kita melihat adanya tekanan balik dari publik,” katanya.

Merz kini menjadi tokoh simbolik dari babak baru dalam relasi Jerman–Israel. Sikap kritis ini beriringan dengan peninjauan kembali oleh Uni Eropa, serta ancaman tindakan diplomatik oleh negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan Kanada bila eskalasi kekerasan di Gaza tak segera dihentikan.

Meskipun pemerintah Israel belum mengeluarkan tanggapan resmi, Duta Besar Israel untuk Jerman, Ron Prosor, mengakui bahwa kritik Merz tidak diabaikan. “Ketika seseorang seperti Friedrich Merz mengutarakan keprihatinannya, kami menganggap itu sangat serius, karena dia adalah sahabat sejati,” ujarnya dalam wawancara dengan ZDF.

Komentar