JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump akan segera menerapkan kebijakan tarif impor baru mulai Rabu (2/4). Langkah ini berpotensi meningkatkan harga produk impor dan memperburuk ketegangan perdagangan global.
Dilansir dari Reuters pada Rabu (2/4/2025), administrasi Trump masih merampungkan detail akhir dari kebijakan tarif yang kontroversial ini. Informasi terkait kebijakan tersebut tetap dirahasiakan hingga pengumuman resmi yang dijadwalkan berlangsung di Rose Garden, Gedung Putih, pada pukul 16.00 waktu setempat.
Bea masuk baru ini akan segera diberlakukan begitu Trump mengumumkannya, sementara tarif global sebesar 25% untuk impor mobil akan efektif mulai 3 April 2025.
“Situasi ini penuh ketidakpastian, dan tidak ada yang benar-benar mengetahui detailnya,” ujar Steve Sosnick, Kepala Strategi di Interactive Brokers, dikutip dari Reuters.
Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk menyamakan perlakuan dagang antara AS dan mitra dagangnya serta menghadapi hambatan nontarif yang dianggap merugikan ekspor AS. Meskipun demikian, rincian mengenai format bea masuk masih belum jelas, dengan beberapa laporan menyebutkan bahwa tarif universal sebesar 20% sedang dipertimbangkan.
Seorang mantan pejabat perdagangan AS menyatakan bahwa Trump kemungkinan akan menerapkan tarif yang lebih luas namun dengan tingkat yang lebih rendah untuk setiap negara. Mantan pejabat tersebut juga memperkirakan jumlah negara yang terkena dampak kebijakan ini akan lebih dari 15 negara yang sebelumnya disebut oleh Menteri Keuangan Scott Bessent sebagai target utama karena memiliki surplus perdagangan tinggi terhadap AS.
“Apa pun keputusan yang diumumkan hari ini, dampaknya akan terasa luas di berbagai industri,” kata Majerus, mitra di firma hukum King and Spalding.
Para pelaku usaha dan pemimpin industri kini tengah bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan biaya impor serta dampak lanjutan terhadap rantai pasokan global. Keputusan ini juga diperkirakan akan memicu reaksi dari negara-negara mitra dagang AS, yang dapat merespons dengan kebijakan perdagangan balasan.
Komentar