Tragedi ini juga mendapat perhatian dari Wali Kota New York Eric Adams, yang meletakkan bunga di lokasi kecelakaan sebagai bentuk penghormatan bagi para korban.
Keterangan saksi mata menyebutkan bahwa helikopter terlihat berputar tak terkendali di udara, dan salah satu baling-balingnya terlepas sebelum pesawat menghantam air.
Helikopter tersebut diketahui tidak memiliki perekam data penerbangan maupun kamera kokpit. Pemeriksaan terakhir dilakukan pada 1 Maret, dan hari nahas itu merupakan penerbangan ke-8 bagi helikopter tersebut. Operatornya, New York Helicopter Charter, sempat dikaitkan dengan dua insiden keselamatan sebelumnya pada 2013 dan 2015, termasuk temuan korosi pada komponen pesawat.
Michael Roth, CEO perusahaan pengelola helikopter, menyampaikan kesedihan mendalam. “Sebagai seorang ayah dan kakek, saya merasa sangat kehilangan. Istri saya belum berhenti menangis sejak mendengar kabar ini,” katanya.
Sejak 1977, lebih dari 30 orang telah meninggal akibat kecelakaan helikopter di wilayah New York. Tragedi ini pun kembali memunculkan desakan dari berbagai pihak untuk menghentikan sementara penerbangan helikopter non-esensial di kota tersebut.
“Sudah waktunya evaluasi serius dilakukan. Saya menyerukan moratorium terhadap penerbangan helikopter dari landasan milik kota,” ujar anggota Dewan Kota Amanda Farias.
Meski demikian, pihak Dewan Helikopter Wilayah Timur meminta agar keputusan diambil berdasarkan hasil investigasi yang komprehensif terlebih dahulu.
Saat ini, tim investigasi dari NTSB dan FAA masih terus mencari bagian-bagian penting dari bangkai helikopter, termasuk rotor utama dan ekor pesawat, untuk mencari petunjuk penyebab pasti kecelakaan.
Komentar