JurnalPatroliNews – Jakarta – Sebuah pangkalan militer di wilayah tengah Bolivia kini berada di bawah kendali kelompok bersenjata ilegal, dengan lebih dari 200 personel militer nasional ditahan sebagai sandera.
Jenderal Gerardo Zabala, Panglima Angkatan Bersenjata Bolivia, melaporkan bahwa kelompok bersenjata ini tidak hanya menyandera ratusan tentara, tetapi juga menyita senjata dan amunisi yang ada di pangkalan militer dekat Cochabamba.
Zabala menuntut kelompok tersebut segera meninggalkan barak tanpa menimbulkan kerusuhan dan memperingatkan bahwa tindakan mereka akan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap negara.
“Lebih dari 200 personel militer terjebak sebagai sandera dalam peristiwa ini,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Bolivia yang dikutip oleh CNN pada Minggu, 3 November 2024.
Presiden Bolivia, Luis Arce, menuduh kelompok bersenjata ini terkait dengan mantan Presiden Evo Morales, meskipun tidak ada bukti yang diungkapkan.
Peristiwa penyanderaan ini terjadi di tengah gelombang protes besar-besaran oleh pendukung Morales, yang melakukan blokade jalan di berbagai wilayah Bolivia dalam beberapa minggu terakhir, termasuk di kota Cochabamba.
Protes tersebut menyebabkan kelangkaan pasokan makanan di beberapa kota dan merupakan reaksi terhadap tuduhan pemerintah yang mengaitkan Morales dengan kasus perdagangan manusia.
Beberapa waktu lalu, Morales juga mengalami insiden penembakan saat berada di dalam mobilnya dan menuduh pemerintah Presiden Arce terlibat dalam upaya pembunuhan tersebut.
Komentar