Doktrin Begin
Menachem Begin, Perdana Menteri Israel dari tahun 1977 hingga 1983, dikenal bukan hanya sebagai pemenang Nobel Perdamaian tetapi juga sebagai pemimpin yang memperkenalkan pemikiran mendalam mengenai keamanan nasional Israel, yang dikenal sebagai Doktrin Begin. Doktrin ini menyatakan bahwa tidak ada negara di Timur Tengah yang diizinkan mengembangkan senjata nuklir, karena hal tersebut dianggap sebagai ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan Israel.
Implementasi doktrin ini terlihat jelas dalam Operasi Babylon pada 7 Juni 1981, ketika Angkatan Udara Israel (IAF) berhasil menghancurkan reaktor nuklir Irak di Osirak. Dalam operasi ini, IAF menggunakan pesawat tempur F-15 dan F-16 untuk menerobos wilayah udara Yordania dan Arab Saudi tanpa izin, yang menghasilkan serangan cepat dan efektif hanya dalam waktu dua menit.
Operasi ini diabadikan dalam buku “Two Minutes Over Baghdad,” yang mendokumentasikan dengan rinci keberhasilan tersebut. Melalui langkah-langkah ini, Begin menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa Israel memiliki kontrol penuh atas wilayah udaranya demi menjaga eksistensi dan martabat sebagai sebuah bangsa.
Kekuatan sistem pertahanan udara Israel bukan hanya merupakan hasil dari teknologi canggih, tetapi juga merupakan produk dari pemikiran strategis yang dimulai sejak berdirinya negara ini. Israel mampu bertahan di tengah potensi ancaman dari negara-negara di sekitarnya berkat keyakinan bahwa kontrol penuh atas wilayah udara sangat penting untuk eksistensi dan martabat nasional.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pengelolaan ruang udara di atas teritorial sebuah negara tidak boleh didelegasikan kepada pihak lain. Hal ini merupakan kunci untuk menjaga kehormatan dan martabat sebuah bangsa. Itulah alasan mendasar mengapa Israel memiliki sistem pertahanan udara yang sangat kuat.
Komentar