Kapal Perang AS Bersiap di Timur Tengah di Tengah Ancaman Konflik Baru

JurnalPatroliNews – Jakarta –Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah pembunuhan dua tokoh penting: pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran, dan komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, Lebanon. Pembunuhan ini, yang diduga dilakukan oleh pasukan Israel, terjadi hampir bersamaan dalam satu hari, memanaskan situasi geopolitik di kawasan tersebut.

Amerika Serikat dilaporkan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan eskalasi kekerasan yang mungkin terjadi, termasuk serangan terhadap pasukan dan warganya di wilayah tersebut. AS telah lama dianggap terlibat dalam mendukung Israel melalui penyediaan intelijen dan persenjataan, sehingga menjadi target potensial bagi pasukan Iran yang ingin membalas dendam.

“Kami bersiap menghadapi semua skenario, termasuk kemungkinan evakuasi warga Amerika dari kawasan tersebut atau serangan terhadap pasukan kami,” ujar seorang pejabat AS kepada Al Arabiya, Rabu (7/8/2024).

Pentagon telah memerintahkan pengerahan sejumlah kapal perang dan aset militer lainnya ke Timur Tengah, terutama setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Tujuan utama dari pengerahan ini adalah untuk mencegah Iran atau kelompok lain yang didukungnya membuka front kedua dalam konflik ini, menurut pernyataan dari pejabat AS.

Pejabat AS mengonfirmasi bahwa ada setidaknya 12 kapal perang Amerika di kawasan tersebut, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt, serta lebih dari 4.000 marinir dan pelaut. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh Washington Post. Kapal-kapal ini, yang terdiri dari kapal perusak dan kapal amfibi, telah berada di wilayah tersebut selama beberapa bulan.

“Saat ini belum ada perintah baru, baik itu untuk evakuasi atau lainnya,” kata pejabat AS lainnya. “Namun, kami berada dalam posisi siap untuk melaksanakan perintah apa pun jika diperlukan.”

Kedua pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah ini.

Pasukan Amerika di kawasan itu bersiap menghadapi kemungkinan serangan, terutama di Irak dan Suriah, menyusul serangan Israel terhadap tokoh-tokoh terkemuka ini. “Ini adalah modus operandi mereka. Kami mengantisipasi bahwa Iran atau kelompok yang didukungnya akan mengeluarkan perintah untuk menargetkan pasukan kami. Itulah yang telah mereka lakukan di masa lalu dan yang kami harapkan sekarang,” tambah salah satu pejabat.

Shukr dan Haniyeh telah ditetapkan sebagai teroris oleh AS. Fuad Shukr dituduh terlibat dalam pengeboman Barak Korps Marinir AS di Beirut pada 23 Oktober 1983, yang menewaskan 241 prajurit AS. Pejabat AS kini waspada terhadap kemungkinan serangan balasan yang bisa memicu konflik lebih luas di Timur Tengah.

Komentar