3. Airlangga Hartarto Kunjungi Washington, Bahas Tarif 32% untuk RI
Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, tengah menjalankan misi diplomatik ke Amerika Serikat guna membicarakan pemberlakuan tarif impor sebesar 32% terhadap produk Indonesia.
Menurut Haryo Limanseto, Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Airlangga dijadwalkan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Menteri Keuangan Scott Bessent, serta Kepala USTR Jamieson Greer.
“Pertemuan dengan Lutnick sudah dikonfirmasi, sementara dua pejabat lainnya masih menunggu penyesuaian jadwal,” ujarnya. Tarif tersebut dikabarkan akan efektif mulai 1 Agustus 2025, dan surat pemberitahuan telah diterima langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
4. Indonesia Tetap Jalin Kerja Sama Dagang US$ 34 Miliar dengan AS
Meskipun menghadapi beban tarif, Indonesia tetap melanjutkan kemitraan strategis dengan AS. Pada 7 Juli, pemerintah mengumumkan kesepakatan dagang senilai US$ 34 miliar antara perusahaan-perusahaan RI dan mitra di AS, melampaui nilai defisit perdagangan yang sebelumnya dikeluhkan Trump (sekitar US$ 18–19 miliar).
Kesepakatan tersebut mencakup sektor energi dan pertanian, dengan penandatanganan MoU di Washington D.C. oleh sejumlah korporasi besar seperti Pertamina, FKS Group, Busana Apparel Group, dan Sorini Agro Asia Corporindo.
5. Peluang Negosiasi Masih Terbuka hingga 1 Agustus
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, menyampaikan bahwa Indonesia masih memiliki waktu untuk mengupayakan diplomasi.
“Dalam surat yang dikirim AS, masih terbuka ruang diskusi sampai batas waktu 1 Agustus,” ungkap Havas dalam rapat bersama Komisi I DPR.
Ia menambahkan bahwa surat tarif tersebut bersifat umum dan juga diterima negara-negara lain, termasuk Jepang (24%), Korea Selatan (25%), Myanmar (44%), Laos (48%), dan Indonesia (32%). Meski sudah ada beberapa usulan dari Indonesia, Havas menyatakan tidak dapat mempublikasikannya karena sifat negosiasi yang rahasia.
6. Investor Global Alihkan Fokus ke Asia, Pasar Tidak Panik
CEO CGS International Securities Group, Carol Fong, mengatakan bahwa pasar keuangan global kini mulai terbiasa dengan manuver kebijakan dagang Trump.
“Tidak ada gejolak signifikan selama dua hari terakhir setelah pengumuman tarif,” ujarnya dalam konferensi Reuters Next Asia di Singapura.
Asia justru semakin menarik perhatian investor. CEO ING Asia Pasifik, Uday Sareen, menyebut kawasan ini sebagai magnet bagi aliran investasi asing, sementara Vis Nayar dari Eastspring Investments menyoroti India sebagai salah satu pasar paling menjanjikan, meskipun menilai valuasinya mulai tinggi.
Komentar