JurnalPatroliNews – AS – Pasar keuangan global mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada perdagangan Selasa, 4 Februari 2025, setelah aksi jual besar-besaran pada sesi sebelumnya. Meskipun tekanan mulai mereda, pergerakan penguatan sejumlah mata uang utama masih terbatas.
Pelemahan Dolar AS dipicu oleh keputusan Presiden Donald Trump yang menunda kenaikan tarif impor bagi produk asal Kanada dan Meksiko.
Keputusan tersebut muncul setelah pembicaraan antara Gedung Putih dan pimpinan dari kedua negara tetangga AS berlangsung. Langkah ini sempat mendorong pelaku pasar untuk melepas Dolar AS, namun skeptisisme masih tinggi terhadap potensi perang dagang yang lebih luas di masa mendatang.
Di pasar Asia, mata uang regional sempat menguat pada sesi perdagangan pagi, namun cenderung bergerak bervariasi pada sore harinya. Rupee India dan Baht Thailand masih mengalami pelemahan moderat, sementara Rupiah bersama Ringgit Malaysia mencatatkan penguatan signifikan di kawasan.
Rupiah sendiri sempat mencatatkan penguatan secara konsisten sepanjang sesi perdagangan, meskipun mengalami sedikit tekanan menjelang siang. Hingga berita ini disusun, Rupiah diperdagangkan di level Rp16.340 per Dolar AS, menguat 0,54 persen dibandingkan sesi sebelumnya.
Namun, penguatan ini belum cukup untuk menutupi pelemahan tajam yang terjadi sehari sebelumnya. Tren Rupiah masih berada dalam tekanan besar akibat sentimen eksternal yang dominan.
Oleh karena itu, diperlukan dorongan dari faktor domestik yang lebih kuat agar Rupiah bisa lebih stabil di tengah ketidakpastian global.