Para analis menduga bahwa Rusia turut berperan dalam pembangunan resor ini, baik secara teknis maupun logistik, seiring meningkatnya hubungan bilateral di tengah ketegangan global terkait perang di Ukraina.
Pariwisata dianggap sebagai potensi besar Korea Utara untuk meraih mata uang asing, namun jumlah turis asing yang diizinkan tetap dibatasi secara ketat. Sebelum pandemi, wisatawan dari Tiongkok mendominasi kunjungan—sekitar 90 persen dari total—sementara pengunjung dari negara Barat hanya sekitar 5.000 orang per tahun.
Amerika Serikat sendiri pernah menjadi salah satu penyumbang turis asing terbesar, namun melarang warganya bepergian ke Korea Utara sejak insiden tragis yang menimpa Otto Warmbier, seorang mahasiswa AS yang meninggal setelah ditahan di sana.
Menanggapi perkembangan ini, Kementerian Unifikasi Korea Selatan menyatakan sikap hati-hati. Dalam keterangannya, kementerian menilai bahwa meskipun resor tersebut megah, kapasitas operasionalnya kemungkinan terbatas karena hanya bisa dijangkau melalui ibu kota Pyongyang. Diperkirakan, maksimal hanya 170 orang yang dapat mengakses resor ini setiap hari.
Meskipun demikian, pembukaan resor Wonsan Kalma menunjukkan arah baru Korea Utara dalam membuka diri terhadap dunia luar, meski tetap dalam kerangka yang sangat dikontrol. Di tengah tekanan global yang masih membayangi, sektor pariwisata tampaknya kini menjadi salah satu alat strategis baru dalam diversifikasi ekonomi Pyongyang.
Komentar