JurnalPatroliNews – Jakarta – Sebuah penelitian terkini mengungkap kenyataan mengejutkan mengenai lahan pertanian di negara-negara penghasil beras terbesar dunia. Studi tersebut menunjukkan bahwa tanah pertanian di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara telah tercemar logam berat beracun, yang bisa mengancam ketahanan pangan global.
Dipimpin oleh Hou Deyi dari Sekolah Lingkungan Hidup Universitas Tsinghua, tim peneliti menemukan bahwa zat beracun bernama kadmium mendominasi pencemaran tanah di sejumlah wilayah subur seperti India, Pakistan, Bangladesh, China, dan Thailand.
Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Science, tim menyatakan bahwa sekitar 1,4 miliar jiwa terdampak akibat kontaminasi ini. Lebih dari 17% lahan pertanian dunia tercemar logam berat, dengan kadmium menjadi penyumbang utama.
Kadmium sendiri dikenal sebagai senyawa beracun yang dapat memicu berbagai penyakit kronis, termasuk gangguan ginjal, kerusakan tulang, gangguan paru-paru, dan bahkan kanker. Yang paling parah, racun ini dapat bertahan di dalam tanah selama puluhan tahun.
Menurut penelitian tersebut, wilayah India bagian utara dan selatan menjadi kawasan paling terdampak, diikuti oleh Pakistan, Bangladesh, wilayah selatan China, Thailand, dan Kamboja. Negara-negara ini merupakan tulang punggung produksi dan ekspor beras dunia.
Data dari Statista mencatat India sebagai eksportir beras terbesar dengan proyeksi ekspor mencapai 22 juta ton pada 2024/2025, sementara Thailand menempati posisi kedua dengan 7,5 juta ton. Di sisi lain, China, India, dan Bangladesh merupakan konsumen beras terbanyak di dunia.
Yang menarik, Vietnam yang juga dikenal sebagai eksportir besar, dilaporkan memiliki tingkat kontaminasi logam berat yang relatif rendah.
Tim peneliti menganalisis data dari hampir 1.500 studi yang mencakup lebih dari 790 ribu sampel tanah dari 91 negara. Dengan bantuan teknologi machine learning dan algoritma bernama Extremely Randomised Trees, mereka memperkirakan tingkat kontaminasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti iklim, kondisi geologi, dan aktivitas manusia.
Dari hasil pemetaan, sekitar 14 hingga 17 persen lahan pertanian dunia melampaui batas aman kandungan logam berat. Kadmium ditemukan mencemari sekitar 9% lahan, diikuti oleh nikel (5,8%) dan kromium (3,2%).
Hou menambahkan, sejak era peradaban awal, kegiatan metalurgi telah menyumbang besar terhadap kemajuan manusia, tetapi sekaligus juga meninggalkan jejak pencemaran tanah yang serius—dari zaman perunggu hingga sekarang.
“Kami berharap peta pencemaran tanah global ini dapat menjadi alarm bagi pengambil kebijakan dan petani agar segera mengambil langkah strategis demi menyelamatkan lahan pertanian dunia,” tegas Hou.
Komentar