JurnalPatroliNews – Jakarta – Survei terbaru dari Korea Selatan mengungkapkan potret mengkhawatirkan soal kesehatan mental masyarakatnya. Sekitar 55% penduduk negeri tersebut dilaporkan mengalami kebencian kronis, bahkan hampir 13% di antaranya dalam level yang tergolong berat.
Data ini berasal dari riset yang dilakukan oleh Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Nasional Seoul. Laporan hasil survei ini juga menunjukkan bahwa sekitar 70% warga Korea Selatan percaya dunia yang mereka jalani saat ini tidak adil.
Jika ditelusuri berdasarkan kelompok umur, generasi usia 30-an menjadi yang paling banyak merasakan kebencian mendalam, yakni 17,4%. Di sisi lain, warga berusia 60 tahun ke atas menunjukkan tingkat kebencian terendah dengan angka 9,5%.
Survei ini juga menyoroti bahwa tingkat kebencian tidak hanya dipengaruhi oleh usia, tetapi juga oleh persepsi terhadap status sosial. Individu dari kelompok ekonomi bawah mencatatkan angka tertinggi dalam kebencian berat (16,5%), disusul oleh mereka dari kelas atas (15%), dan kelas menengah (9,2%).
Dalam hal kepercayaan terhadap keadilan sosial, mayoritas responden – 69,5% – tidak sepakat dengan pernyataan bahwa dunia ini pada dasarnya adil. Menurut para peneliti, semakin besar ketidakpercayaan seseorang terhadap keadilan sosial, semakin tinggi pula tingkat kebencian yang dirasakannya.
Beberapa faktor yang menjadi pemicu kuat munculnya rasa benci meliputi: ketidakstabilan politik, korupsi, perilaku tidak etis dari pejabat publik, serta kegagalan sistem dalam mencegah bencana.
Lebih lanjut, sekitar 47% responden melaporkan mengalami stres berat selama 12 bulan terakhir, yang berdampak langsung pada kesehatan mereka. Kelompok usia 30–40 tahun serta mereka yang berpenghasilan di bawah 2 juta won per bulan (sekitar USD 1.430) termasuk yang paling rentan mengalami stres ini.
Sayangnya, meskipun banyak yang terdampak secara psikologis, lebih dari separuh responden (56%) mengaku enggan mencari pertolongan profesional karena khawatir akan stigma negatif dari masyarakat.
Peneliti senior Lee Yoon-kyoung dari Universitas Nasional Seoul menekankan bahwa temuan ini harus menjadi alarm serius bagi pemerintah dan masyarakat luas.
“Kesehatan mental masyarakat Korea sudah sangat mengkhawatirkan. Kita perlu menyusun program pencegahan dan perawatan yang lebih konkret dan realistis,” tegasnya.
Komentar