Lonjakan Covid Melanda Eropa, Austria ‘Lockdown’ Jutaan Warga yang Belum Divaksin, Belanda Terapkan Karantina Parsial

Lonjakan kasus di Jerman

Di Jerman, salah satu negara utama di Eropa, ahli virologi setempat pekan lalu memberi peringatan bahwa gelombang penularan Covid yang keempat di negara itu bisa menyebabkan 100.000 orang meninggal jika tidak segera dilakukan pencegahan.

Sejak pandemi, Jerman telah mencatat 97.000 kematian, ungkap laman worldometers. Peringatan ahli virologi itu muncul sepekan setelah WHO memperingatkan bahwa Eropa menjadi ‘episenter’ pandemi covid.

Pada Rabu (10/11) jumlah kasus positif di Jerman melonjak, mencatat angka tertinggi sejak pandemi dimulai, mencapai hampir 40.000 kasus dalam sehari. Bahkan pada Kamis (11/11) jumlah kasus juga mencetak rekor baru, mencapai lebih dari 50.000.

“Kita harus bertindak sekarang,” kata ahli virologi Christian Drosten, yang menggambarkan situasi darurat yang sebenarnya.

Dokter di bangsal perawatan intensif Covid di Rumah Sakit Universitas Leipzig di Saxony itu memperingatkan gelombang keempat ini bisa menjadi yang terburuk.

Seorang pasien perempuan berusia 20-an, baru saja melahirkan. Bayinya baik-baik saja, tetapi pihak rumah sakit mengatakan mereka tidak tahu apakah dia akan selamat.

Negara bagian Saxony ini memiliki jumlah kasus positif tertinggi di Jerman dalam tujuh hari, dengan 459 kasus per 100.000 orang. Sementara kasus positif nasional berada di angka 232.

Daerah ini juga memiliki tingkat vaksinasi terendah, yaitu 57% dari populasi.

Dari 18 pasien di bangsal Covid, hanya empat orang yang sudah divaksinasi.

“Sebagian besar penduduk masih meremehkan masalah ini,” kata Prof Sebastian Stehr, yang mengepalai departemen.

Menteri Kesehatan Jerman secara terbuka menyalahkan orang-orang yang tidak mau divaksinasi atas lonjakan kasus positif yang terjadi. Dia menggambarkan situasi ini seperti “pandemi orang yang tidak divaksinasi”.

Mulai awal pekan ini, pemerintah Saxony melarang orang yang tidak mau divaksinasi datang ke bar, restoran, acara publik, maupun fasilitas olahraga dan rekreasi. Beberapa negara bagian lain diperkirakan akan mengikuti peraturan itu.

Kelompok anti-vaksin Jerman sangat marah. Beberapa ribu orang menggelar protes pada akhir pekan lalu di Leipzig.

“Ini adalah diskriminasi, dan kami ingin menyatakan dengan tegas bahwa kami tidak menerima ini di masyarakat kami,” kata Leif Hansen, yang mewakili kelompok anti-vaksin “Bewegung Leipzig” (Gerakan Leipzig).

Enam belas juta orang Jerman di atas usia 12 tahun belum sepenuhnya divaksinasi. Pemerintah Jerman mengakui bahwa tidak mungkin untuk membujuk mereka sekarang, dan para politisi khawatir bahwa perpecahan sosial akan semakin dalam.

Bagi Jerman, yang menemukan salah satu vaksin Covid pertama di dunia, ini merupakan hal yang sangat memalukan.

Bagaimana Eropa bisa jadi episenter pandemi?

Sebelumnya WHO pekan lalu memperingatkan Eropa kembali menjadi “episenter” pandemi virus corona ketika kasus-kasus melonjak di kawasan itu.

Dalam jumpa pers, Direktur WHO untuk Eropa, Hans Kluge, mengatakan kemungkinan jumlah kematian di wilayah itu bisa mencapai setengah juta jiwa lagi sampai Februari nanti.

Dia menyalahkan pemberian vaksin yang tidak mencukupi sebagai faktor penyebab di balik kenaikan angka kasus.

“Kita harus ubah taktik kita, dari bereaksi terhadap lonjakan Covid-19 menjadi mencegahnya sejak awal,” katanya.

Proses vaksinasi melambat di seluruh benua dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara sekitar 80% orang-orang di Spanyol sudah vaksin dua kali, jumlah itu lebih rendah di Prancis dan Jerman – masing-masing 68% dan 66% – dan masih lebih rendah di beberapa negara Eropa tengah dan timur.

Hanya 32% orang-orang Rusia yang divaksinasi penuh pada Oktober 2021.

Kluge juga menyalahkan pelonggaran langkah-langkah penanganan kesehatan masyarakat, sehingga meningkatkan penularan infeksi di wilayah Eropa, yang mencakup 53 negara, termasuk beberapa wilayah di Asia Tengah.

Sejauh ini WHO telah mencatat 1,4 juta kematian di seluruh wilayah Eropa.

Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan selama empat minggu terakhir kasus di seluruh Eropa telah melonjak lebih dari 55%, meskipun ada “pasokan vaksin dan alat yang cukup”.

Dan rekannya, Dr Mike Ryan mengatakan pengalaman Eropa merupakan “tembakan peringatan bagi dunia”.

Komentar