Meskipun konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama, belakangan ini negara yang dikenal sebagai negara Muslim moderat ini menghadapi tantangan berupa intoleransi, mulai dari kasus penistaan agama hingga diskriminasi terhadap komunitas LGBTQ. Selain itu, kekerasan terhadap minoritas agama dan sulitnya memperoleh izin pembangunan tempat ibadah masih menjadi isu.
Cantika Syamsinur, seorang mahasiswa yang baru saja selesai beribadah di Masjid Istiqlal, menyambut baik kunjungan Paus Fransiskus dan pertemuan lintas agama ini. Ia berharap kehadiran Paus dapat memperkuat saling menghormati di antara berbagai agama di Indonesia.
Penantian yang Panjang
Paus Fransiskus akan menjadi pemimpin Gereja Katolik ketiga yang mengunjungi Indonesia. Perjalanan tersebut awalnya direncanakan untuk tahun 2020 tetapi dibatalkan karena pandemi COVID-19. “Empat tahun penantian itu cukup lama,” kata Susyana Suwadie yang mengepalai Museum Katedral, seraya menambahkan bahwa ia diliputi perasaan emosional saat menunggu kunjungan Paus Fransiskus. “Momen bersejarah yang penting ini akhirnya terjadi.”
Beberapa kalangan berharap bahwa pertemuan lintas agama yang akan dilakukan oleh Paus Fransiskus dapat memicu perubahan positif di tingkat akar rumput.
Thomas Ulun Ismoyo, seorang imam Katolik sekaligus juru bicara Komite Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia, menyatakan bahwa para pemimpin agama memiliki peran penting karena masyarakat mendengarkan mereka.
Ia berharap kunjungan Paus akan membawa dampak baik, serta mengadvokasi dunia yang lebih manusiawi dan adil.
“Kita bisa lebih menerima satu sama lain, lebih toleran, dan mampu hidup berdampingan, tidak selalu berselisih,” pungkasnya.
Komentar