Para ekonom telah lama memperingatkan tentang kemungkinan penurunan dalam pengeluaran konsumen, terutama karena naiknya harga dan suku bunga. Namun, dampaknya baru terasa dalam beberapa bulan terakhir, dengan investor sudah diberi peringatan sebelumnya bahwa konsumen dengan pendapatan rendah sedang berjuang, sementara konsumen lain mencari opsi yang lebih terjangkau.
Menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, biaya makan di restoran cepat saji telah meningkat lebih cepat daripada biaya makan di rumah, yang menunjukkan peningkatan sebesar 5% pada bulan Maret dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara harga bahan makanan meningkat lebih lambat.
Ian Borden, CFO McDonald’s, menyatakan, “Kami jelas menghadapi tantangan dalam menarik pengunjung, dan kami harus siap untuk beradaptasi agar tetap kompetitif, tanpa mengabaikan kondisi ekonomi saat ini.”
CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, menegaskan bahwa kehati-hatian dalam berbelanja menjadi tren global. “Selama kuartal pertama, kami melihat penurunan lalu lintas industri di berbagai negara, termasuk AS, Australia, Kanada, Jerman, Jepang, dan Inggris,” katanya.
Namun, tidak hanya faktor ekonomi yang memengaruhi penjualan restoran cepat saji. Aksi boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang diduga mendukung Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam konflik di Gaza telah mempengaruhi bisnis mereka.
Sejumlah negara dengan mayoritas Muslim, termasuk Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Yordania, Turki, Indonesia, dan Malaysia, melakukan boikot sebagai bentuk protes terhadap tindakan Israel di Gaza.
Komentar