JurnalPatroliNews – Jakarta –Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kunjungannya ke Timur Tengah dan negosiasi yang tengah berlangsung mungkin merupakan kesempatan terakhir untuk mencapai gencatan senjata dan pemulangan tawanan Israel.
Pernyataan ini disampaikan Blinken sebelum pertemuannya dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Tel Aviv pada Senin (19/8).
Blinken menekankan bahwa AS telah berusaha semaksimal mungkin untuk meredakan ketegangan yang meningkat di kawasan, yang dipicu oleh perang di Gaza. Salah satu upaya tersebut termasuk pengajuan proposal gencatan senjata yang diusulkan oleh Presiden AS, Joe Biden, beberapa bulan lalu.
Blinken menyebut proses negosiasi yang tengah berlangsung mungkin merupakan kesempatan terbaik, bahkan yang terakhir, untuk mencapai perdamaian.
“Ini adalah momen yang menentukan, mungkin kesempatan terbaik, mungkin yang terakhir, untuk membawa pulang para sandera, mendapatkan gencatan senjata, dan menempatkan semua pihak pada jalur menuju perdamaian dan keamanan yang langgeng,” ujar Blinken, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Blinken juga menegaskan pentingnya agar tidak ada pihak, baik Israel maupun Hamas, yang mencoba menggagalkan proses negosiasi yang sedang diupayakan oleh AS.
“Sudah saatnya hal ini dilakukan. Sudah saatnya juga untuk memastikan bahwa tidak seorang pun mengambil langkah apa pun yang dapat menggagalkan proses ini,” tambahnya.
Ketegangan global meningkat setelah pembunuhan kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, dan Fuad Shukr, komandan tinggi Hizbullah di Beirut, bulan lalu. Kekhawatiran akan meluasnya konflik regional semakin mendalam.
AS, Mesir, dan Qatar telah berperan sebagai mediator dalam serangkaian negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas. Putaran terakhir pembicaraan berakhir pada Jumat (16/8) di Qatar tanpa resolusi, dengan kemungkinan dilanjutkan di Kairo, Mesir, minggu ini.
Hamas menegaskan bahwa gencatan senjata harus mengakhiri perang secara permanen, sedangkan Israel menyatakan bahwa kesepakatan apa pun tidak boleh membatasi kemampuannya untuk melanjutkan perang. AS berulang kali menegaskan bahwa kesepakatan tersebut akan mengakhiri konflik.
Sementara itu, serangan mendadak Israel terus berlanjut di Gaza, dengan jumlah korban tewas akibat pemboman Israel kini mencapai lebih dari 40.000 orang.
Komentar