Mozambik Lantik Presiden Baru di Tengah Ketegangan dan Kerusuhan Berdarah

JurnalPatroliNews – Mozambik – Daniel Chapo, presiden terpilih Mozambik, resmi dilantik pada Rabu, 15 Januari 2025, di tengah situasi kerusuhan yang menewaskan ratusan orang dalam beberapa minggu terakhir. Prosesi pelantikan berlangsung di bawah penjagaan ketat, sementara kerusuhan terus melanda beberapa wilayah.

Mantan anggota Dewan Kota Maputo sekaligus rival politik Chapo, Venancio Mondlane, menyerukan aksi pemogokan nasional sebagai bentuk protes terhadap hasil pemilu 9 Oktober lalu. Mondlane, yang populer di kalangan pemilih muda, menuduh partai Frelimo partai penguasa sejak 1975 melakukan kecurangan sistematis untuk memenangkan Chapo.

“Rezim ini tidak memiliki niat untuk menciptakan perdamaian,” ujar Mondlane melalui siaran di media sosial pada Selasa, 14 Januari 2025.

Ia juga menyebut tim komunikasinya menjadi korban serangan bersenjata. “Kami akan terus menggerakkan massa. Jika itu berarti melumpuhkan negara selama masa jabatan Chapo, maka itu yang akan kami lakukan,” tambahnya.

Pemilu Dikecam oleh Pengamat Internasional

Pemilu Mozambik mendapat sorotan tajam dari berbagai pengamat internasional. Mereka mengungkapkan adanya pelanggaran serius selama proses pemilihan. Misi pemantau dari Uni Eropa bahkan mengeluarkan pernyataan tegas mengutuk dugaan kecurangan yang merusak kredibilitas pemilu.

Johann Smith, seorang analis politik dan keamanan yang berbasis di Maputo, mengatakan bahwa pelantikan Chapo diragukan legitimasinya, baik di dalam negeri maupun di tingkat regional. “Banyak negara tetangga, termasuk Afrika Selatan, skeptis untuk mengakui kemenangan Chapo,” ujar Smith.

Kerusuhan Mematikan dan Keadaan Darurat

Situasi di Mozambik memburuk menjelang pelantikan. Jalanan ibu kota menjadi sunyi, toko-toko tutup, baik sebagai bentuk protes maupun karena ketakutan terhadap kekerasan. Polisi militer dan aparat keamanan mengepung gedung parlemen, sementara akses ke jalan-jalan utama diblokir.

Namun demikian, kekerasan terus terjadi. Menurut laporan kelompok sipil Plataforma Decide, enam orang tewas di wilayah Inhambane dan Zambezia dalam dua hari terakhir. Sejak pemilu berlangsung,

setidaknya 300 orang kehilangan nyawa akibat bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan, yang dituduh menggunakan kekuatan berlebihan. Beberapa petugas polisi juga dilaporkan menjadi korban.

Komentar