Menurut Nilkantha Pandey dari organisasi kemanusiaan CARE Nepal, banyak korban yang sangat membutuhkan bantuan seperti air bersih dan tempat tinggal sementara.
“Sebagian besar yang terdampak adalah pemukiman informal,” jelas Pandey. “Ini saatnya untuk bertindak cepat dan tidak menunda.”
Gangguan Logistik dan Kebutuhan Mendesak
Banjir juga mempengaruhi distribusi pangan di Kathmandu, karena kerusakan pada infrastruktur jalan menyebabkan hasil pertanian sulit masuk ke ibu kota. Para pedagang mengeluhkan bahwa komoditas dari petani terhenti akibat jalan yang tertutup longsor.
Badan cuaca Nepal melaporkan bahwa hujan ekstrem yang terjadi dalam 24 jam hingga Sabtu pagi mencatat curah hujan tertinggi sejak 2002, dengan jumlah mencapai 240 milimeter di Bandara Kathmandu. Arun Bhakta Shrestha, ahli iklim dari ICIMOD, menyatakan bahwa curah hujan seharusnya mulai menurun di akhir September, dan fenomena ini tergolong tidak biasa.
Ia juga menyoroti bahwa selain perubahan iklim, pembangunan kota yang kurang terencana menjadi salah satu faktor yang memperparah bencana ini. Musim hujan memang penting bagi sektor pertanian di Asia Selatan, namun, intensitas hujan yang tinggi juga meningkatkan risiko bencana.
Nepal telah mencatat lebih dari 300 korban tewas akibat bencana yang terkait dengan musim hujan tahun ini, menjadikan 2024 sebagai salah satu tahun terburuk dalam sejarah bencana muson di negara tersebut.
Komentar