JurnalPatroliNews – Jakarta –Â Venezuela, salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, kembali terjebak dalam krisis ekonomi parah yang makin memperdalam luka lama mereka. Krisis ini semakin memburuk usai Amerika Serikat memberlakukan sanksi baru atas dugaan kecurangan pemilu yang dilakukan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, memukul pendapatan utama negara dari sektor minyak.
Kondisi yang terus merosot ini mendorong Maduro untuk mengumumkan status darurat ekonomi, yang kemudian diajukan ke Majelis Nasional guna memperoleh wewenang khusus dalam menyusun langkah-langkah penanganan. Sejumlah kebijakan darurat mulai digulirkan, seperti pembebasan pajak sementara dan kewajiban pembelian produk dalam negeri sebagai bagian dari strategi mengurangi ketergantungan impor.
Menurut laporan The Associated Press, situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya pemulihan ekonomi Venezuela meskipun sempat bangkit pasca pandemi. Sementara Maduro menyalahkan tekanan global dari kebijakan perdagangan AS, para analis ekonomi mengingatkan bahwa kemunduran ekonomi ini sudah mulai terlihat sejak jauh hari.
Dari Harapan Menuju Kekacauan Inflasi
Usai pandemi, Venezuela sempat mencatat pertumbuhan positif. Pemerintah membuka keran penggunaan dolar AS dan mencabut sebagian besar kontrol harga, langkah yang sempat menghentikan hiperinflasi gila-gilaan sebesar 130.000% pada 2018. IMF bahkan mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2022.
Komentar