Negosiasi Mandek, TikTok Jadi ‘Kartu As’ China dalam Perang Tarif Melawan Trump

JurnalPatroliNews – Jakarta – Upaya pemisahan TikTok dari induk perusahaannya, ByteDance, di Amerika Serikat kembali terganjal. Kali ini, sinyal keberatan datang langsung dari pemerintah China, tepat setelah Presiden AS Donald Trump meluncurkan gelombang tarif baru terhadap produk Negeri Tirai Bambu.

Menurut dua sumber yang mengetahui langsung prosesnya, Beijing kini menunjukkan sikap enggan memberi lampu hijau terhadap kesepakatan yang sebenarnya hampir final. Penolakan ini disebut-sebut sebagai tanggapan atas kebijakan tarif terbaru Washington.

Trump, pada Jumat (4 April 2025), memutuskan untuk memperpanjang tenggat waktu penjualan TikTok selama 75 hari ke depan, memberi ruang hingga pertengahan Juni bagi ByteDance untuk menyelesaikan akuisisi TikTok oleh pihak non-Tiongkok.

Dalam skema yang sedang disiapkan, operasional TikTok di AS akan dipisahkan menjadi perusahaan mandiri yang mayoritas sahamnya dikuasai investor Amerika. ByteDance hanya akan memegang kurang dari 20 persen kepemilikan. Struktur baru ini bahkan sudah mengantongi persetujuan dari investor awal, calon pembeli, serta pemerintah AS.

Namun, reaksi China masih belum jelas. Dalam pernyataan dari Kedutaan Besar China di Washington, Beijing tetap bersikukuh menentang tindakan yang dianggap menyimpang dari prinsip pasar bebas. “Kami akan selalu membela hak sah perusahaan kami dan menolak kebijakan yang tidak sesuai dengan aturan pasar,” demikian bunyi pernyataan resmi yang dikutip dari Reuters.

Trump menyatakan bahwa perpanjangan waktu dilakukan demi memastikan semua prosedur legal dan administratif bisa dirampungkan. “Kami tetap ingin hubungan baik dengan China, meskipun mereka jelas kecewa dengan tarif baru kami,” ujarnya via media sosial.

Tarif terhadap China sendiri melonjak drastis ke angka 54 persen setelah Trump menambah beban pajak impor sebesar 34 persen minggu ini. China pun langsung membalas dengan tarif tandingan yang diumumkan pada hari Jumat yang sama.

Dalam pernyataannya, Trump juga membuka kemungkinan bahwa tarif bisa diturunkan jika kesepakatan TikTok berhasil dicapai. Ia mengaku telah berdialog dengan empat calon pembeli, meski identitas mereka belum diungkap ke publik.

Meski terlihat optimistis, namun hambatan utama tetap berada di tangan pemerintah China. Hingga kini, belum ada tanda-tanda Beijing akan menyetujui rencana penjualan tersebut. Bahkan, komentar Trump mengindikasikan bahwa persetujuan dari pihak China bisa jadi tidak akan datang.

“Kami tidak ingin TikTok ditutup. Kami ingin solusi yang baik untuk semua pihak,” tambah Trump, mengisyaratkan kompromi masih mungkin terjadi.

Sebagai informasi, Kongres AS tahun lalu telah meloloskan UU yang mewajibkan ByteDance melepaskan kendali atas TikTok di AS, dengan dalih melindungi keamanan nasional. UU ini ditandatangani oleh Presiden Joe Biden kala itu, dan memberikan batas waktu hingga 19 Januari 2025.

Namun, setelah Trump kembali menjabat pada 20 Januari, ia memilih untuk tidak langsung menegakkan aturan tersebut, dan lebih memilih jalur negosiasi.

Komentar