JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah Pakistan secara resmi mengusulkan nama Donald Trump sebagai kandidat penerima Hadiah Nobel Perdamaian. Langkah ini diambil sebagai bentuk pengakuan atas peran Trump dalam meredakan ketegangan antara Pakistan dan India, dua negara bersenjata nuklir yang kerap bersitegang.
Menurut laporan Reuters, pencalonan itu dilakukan di tengah meningkatnya dinamika geopolitik di Asia Selatan. Pemerintah Pakistan menyebut Trump layak mendapatkan penghargaan prestisius tersebut berkat kontribusinya dalam meredam konflik bersenjata empat hari antara kedua negara pada bulan Mei lalu.
Dalam kapasitasnya sebagai Presiden Amerika Serikat, Trump kala itu secara aktif melakukan intervensi diplomatik yang mendorong terjadinya gencatan senjata. Ia bahkan mengklaim berhasil mencegah pecahnya perang besar yang bisa memakan jutaan korban jiwa. Meski demikian, pihak India menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata merupakan hasil kesepahaman antara militer kedua negara, tanpa melibatkan pihak ketiga secara resmi.
Langkah Pakistan ini bertepatan dengan kunjungan Jenderal Asim Munir, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Pakistan, ke Gedung Putih untuk makan siang bersama Trump. Pertemuan tersebut menjadi istimewa karena terjadi di masa pemerintahan sipil Pakistan yang jarang mengirimkan perwakilan militer ke Washington dalam konteks diplomatik tingkat tinggi.
Beberapa pengamat melihat pencalonan ini juga terkait dengan dinamika regional yang lebih luas, khususnya potensi konflik antara Israel dan Iran. Pakistan secara terbuka mengkritik agresi militer Israel dan menyerukan agar Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Trump, tidak terseret lebih jauh dalam konflik tersebut.
Mushahid Hussain, mantan Ketua Komite Pertahanan di parlemen Pakistan, menyatakan bahwa usulan tersebut bisa menjadi cara cerdas untuk “membelai ego” Trump sambil mendorong kebijakan luar negeri AS yang lebih moderat. “Trump memang orang yang rumit, tapi jika dengan cara ini kita bisa mencegah perang, maka patut dicoba,” katanya.
Trump sendiri tidak asing dengan perasaan “dipinggirkan” dari daftar penerima Nobel. Dalam unggahan di media sosial baru-baru ini, ia menyinggung sejumlah pencapaian diplomatiknya, seperti perjanjian damai Abraham antara Israel dan beberapa negara mayoritas Muslim, serta penghentian konflik di Asia Selatan.
“Aku menghentikan perang, mencegah kehancuran besar, menyelamatkan banyak nyawa. Tapi tetap saja, tidak akan ada Hadiah Nobel untukku,” tulisnya dengan nada sinis.
Dengan pencalonan ini, Pakistan menjadi salah satu negara yang secara resmi mengakui pendekatan Trump sebagai langkah perdamaian, terlepas dari berbagai kontroversi yang menyertai kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahannya.
Komentar