Selain itu, buku ini juga menuduh Hamas menyalahgunakan bantuan kemanusiaan dan menyematkan tanggung jawab krisis pengungsi kepada negara-negara Arab. Tuduhan tersebut, menurut para pengkritik, tidak disertai bukti memadai dan hanya memperkuat satu sisi narasi geopolitik.
Buku ini tidak hanya lolos seleksi, tetapi juga memperoleh dukungan resmi dari Kementerian Pendidikan Ukraina melalui proses seleksi nasional. Negara turut membiayai produksinya, yang semakin memperjelas dukungan pemerintah terhadap penyajian sejarah versi ini.
Kebijakan ini muncul di tengah relasi yang rumit antara Ukraina dan Israel. Di satu sisi, kedua negara menjalin kerja sama diplomatik erat. Namun di sisi lain, Israel pernah dikritik karena dinilai lamban dalam memberikan reaksi atas invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022. Ketika Ukraina mendesak dukungan militer, Israel hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan alasan menjaga keseimbangan hubungannya dengan Moskow.
Di sisi yang berlawanan, Ukraina juga dikenal menjalin hubungan positif dengan Palestina. Negara ini secara resmi mengakui kemerdekaan Palestina dan mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina. Kiev juga tercatat siap menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza.
Peluncuran buku sejarah ini pun dinilai berpotensi mereduksi kompleksitas konflik Timur Tengah menjadi narasi satu dimensi yang disesuaikan dengan kepentingan domestik dan diplomatik Ukraina, sehingga menimbulkan pertanyaan besar mengenai objektivitas pendidikan sejarah di negara tersebut.
Komentar