Penderita Tewas Kehabisan Darah, Irak Diserang Wabah Demam Berdarah Maut

JurnalPatroliNews – Jakarta -Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan Irak kini tengah menghadapi wabah demam berdarah Krimea-Kongo (CCHF) yang berdampak fatal. Seperti dilansir France24 Ahad 29 Mei 2022, WHO melaporkan telah terjadi 19 kematian di antara 111 kasus CCHF pada manusia selama tahun ini.

Petugas medis Irak menyebut virus CCHF belum memiliki vaksin dan serangannya bisa cepat, menyebabkan pendarahan hebat baik secara internal maupun eksternal dan terutama dari hidung. Ini menyebabkan kematian di sebanyak dua perlima kasus, menurut petugas medis.

“Jumlah kasus yang tercatat belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Haidar Hantouche, seorang pejabat kesehatan di provinsi Dhi Qar. Sebuah wilayah pertanian miskin di Irak selatan, provinsi ini menyumbang hampir setengah dari kasus Irak.

Pada tahun-tahun sebelumnya, kasus dapat dihitung “dengan jari satu tangan”, ujar Hantouche. Ditularkan oleh kutu, inang virus termasuk hewan liar dan ternak seperti kerbau, sapi, kambing dan domba, yang semuanya umum di Dhi Qar.

Di desa Al-Bujari, sebuah tim mendisinfeksi hewan di kandang di sebelah rumah tempat seorang wanita terinfeksi.

 Mengenakan masker, kacamata, dan baju terusan, para pekerja menyemprot seekor sapi dan dua anaknya dengan pestisida.

Seorang pekerja menampilkan kutu yang jatuh dari sapi dan dikumpulkan ke dalam wadah.

 “Hewan terinfeksi oleh gigitan kutu yang terinfeksi,” menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

“Virus CCHF ditularkan ke manusia baik melalui gigitan kutu atau melalui kontak dengan darah atau jaringan hewan yang terinfeksi selama dan segera setelah penyembelihan,” tambahnya.

Karena virus “terutama ditularkan” ke manusia melalui kutu pada ternak, sebagian besar kasus terjadi di antara petani, pekerja rumah jagal dan dokter hewan, kata WHO.

 “Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak dekat dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi,” tambahnya.

Lonjakan kasus tahun ini telah mengejutkan para pejabat, karena jumlahnya jauh melebihi kasus yang tercatat dalam 43 tahun sejak virus pertama kali didokumentasikan di Irak pada 1979.

Komentar