Penerbangan Jakarta-Taipei Alami Turbulensi Dahsyat, Enam Orang Luka


JurnalPatroliNews – Taipei – Insiden turbulensi parah kembali mengguncang dunia penerbangan. Kali ini, peristiwa terjadi pada penerbangan Eva Air dengan rute Jakarta-Taipei pada hari Minggu.

Pesawat tersebut, dengan nomor penerbangan BR238 dan menggunakan jenis Boeing 777, mengalami turbulensi hebat ketika berada di ketinggian 37.000 kaki.

Mengutip laporan dari Taiwan News Formosa TV, enam anggota awak kabin mengalami luka-luka. Insiden ini terjadi sekitar dua jam setelah lepas landas, ketika awak kabin sedang membagikan makanan kepada penumpang.

“Hidangan dan makanan berhamburan di seluruh kabin,” kata seorang pembawa acara dalam video yang dikutip pada Selasa (13/8/2024).

“Salah satu awak kabin selamat berkat penumpang yang menahannya saat hampir terlempar ke langit-langit kabin,” tambahnya.

Beruntung, pesawat berhasil mendarat dengan selamat di Taipei sekitar pukul 9.16 malam waktu setempat. Tidak ada penumpang yang dilaporkan terluka dalam insiden tersebut.

Sebelumnya, pada bulan Juli, insiden serupa terjadi pada penerbangan Air Europa dari Madrid, Spanyol, menuju Montevideo, Uruguay. Pesawat Boeing 787-9 Dreamliner yang membawa 525 penumpang tersebut harus mendarat darurat di Brasil, dengan 40 penumpang mengalami lecet dan trauma ringan.

Turbulensi juga mengguncang penerbangan Qatar Airways QR017 dari Doha ke Irlandia pada 26 Mei lalu. Sebanyak 12 orang terluka, terdiri dari enam penumpang dan enam awak kabin.

Singapore Airlines SQ321 bahkan mengalami pendaratan darurat di Bangkok, Thailand, pada 21 Mei lalu, di mana satu orang dilaporkan tewas akibat kejadian tersebut.

Menurut NBC International, peningkatan kasus turbulensi ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim. Kondisi ini telah memicu kejadian turbulensi yang lebih ekstrem.

Sara Nelson, Presiden Asosiasi Pramugari-CWA, menyatakan bahwa turbulensi udara jernih adalah yang paling berbahaya karena tidak dapat terlihat dan hampir tidak terdeteksi dengan teknologi saat ini. Peningkatan turbulensi udara jernih paling terasa di wilayah garis lintang tengah, termasuk Atlantik Utara dan rute penerbangan di Amerika Serikat.

Komentar