Perang di Sudan: 61 Ribu Tewas dan Kuburan Bertebaran di Mana-Mana

Angka kematian yang diungkapkan oleh penelitian ini jauh melampaui estimasi PBB. Meski demikian, para pejabat dari Sudanese American Physicians Association menyatakan bahwa hasil penelitian ini sangat kredibel, bahkan kemungkinan angka kematiannya lebih tinggi, mengingat banyaknya korban yang meninggal karena infeksi setelah kekurangan gizi.

Perang di Sudan dimulai karena perebutan kekuasaan antara Angkatan Bersenjata Sudan dan kelompok Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin oleh Jenderal Hamdan Dagalo.

RSF berhasil menguasai sebagian besar ibu kota, Khartoum, dan kini telah menguasai setengah wilayah negara, meskipun sejumlah wilayah telah berhasil direbut kembali oleh militer Sudan.

Kuburan Bertebaran di Khartoum

Salah satu dampak dari tingginya angka korban adalah munculnya kuburan-kuburan massal. Di Khartoum, makam-makam baru ditemukan di banyak tempat, bahkan di sekitar rumah-rumah penduduk.

Misalnya, musisi Khalid Sanhouri tidak bisa dimakamkan di TPU Omdurman karena akses yang terhalang perang. Jenazahnya akhirnya dikuburkan di dekat rumahnya, seperti yang dijelaskan oleh tetangganya, Omar.

Di seluruh Khartoum, sudah ada ratusan kuburan yang bermunculan sejak konflik dimulai. Pengurus pemakaman setempat, Abdin Khidir, menyebutkan bahwa sekitar 50 pemakaman dilakukan setiap hari di TPU Omdurman, yang bahkan kini meluas hingga lapangan sepak bola.

Para pihak yang terlibat dalam perang saling menyalahkan atas tingginya angka kematian ini. Juru bicara Angkatan Darat Sudan, Brigadir Jenderal Nabil Abdallah, menyalahkan RSF yang dianggap sengaja menargetkan warga sipil sejak awal konflik.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan angka korban tewas yang lebih rendah, dengan 5.565 orang tercatat di negara bagian Khartoum.

RSF, di sisi lain, tidak membantah laporan penelitian, namun mereka mengklaim bahwa banyak kematian di ibu kota disebabkan oleh serangan udara, penembakan artileri, dan serangan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh tentara.

“Hanya tentara yang memiliki senjata tersebut,” kata seorang juru bicara RSF dalam keterangannya kepada Reuters.

Komentar