Perang Ukraina: Presiden Erdogan Berunding Sengan Putin Terkait Perang, Sementara Rusia Terus Gempur Ukraina

JurnalPatroliNews – Presiden Rusia Vladimir Putin berunding dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela-sela pertemuan regional di Kazakhstan pada Kamis (13/10).

Para pejabat Rusia mengatakan Presiden Erdogan kemungkinan akan mengangkat masalah perdamaian dalam kaitannya dengan perang di Ukraina.

Erdogan telah menawarkan diri untuk menjadi penengah antara Moskow dan Kyiv sejak Rusia menyerbu Ukraina pada Februari lalu.

Kedua pemimpin bertemu dalam pertemuan bilateral di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di Samarkand, Uzbekistan pada 16 September 2022.

Sesudah pertemuan itu, Presiden Erdogan mengatakan dia merasa bahwa Putin ingin “mengakhiri perang ini secepat mungkin”.

Presiden Putin selama beberapa minggu terakhir justru melakukan eskalasi lewat mobilisasi tentara cadangan, berusaha mencaplok wilayah Ukraina dan melancarkan serangan rudal ke Ukraina.

Serangan terbaru mengenai fasilitas-fasilitas penting di Makariv, kota kecil di Kyiv barat, pada Kamis (13/10).

“Tadi malam terjadi serangan drone secara bertubi-tubi oleh penyerbu terhadap kawasan penduduk di Makariv,” kata Kepala Kepolisian Kyiv, Andriy Nebytov.

Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa, lanjutnya. Ukraina mengatakan serangan di Makariv dilakukan dengan menggunakan “drone kamikaze” buatan Iran.

Iran membantah telah menyuplai drone ke Rusia, sedangkan Kremlin belum memberikan tanggapan.

Dengan gempuran selama beberapa hari terakhir ini, penduduk di seluruh wilayah Ukraina diperintahkan untuk tidak mengabaikan sirene peringatan dan selanjutnya berlindung di ruang bawah tanah.

Di antara sasaran yang diserang Rusia adalah empat pembangkit listrik di Lviv. Menurut Wali Kota Lviv, Andriy Sadovyi, situasi di Lviv barat “parah” sesudah fasilitas-fasilitas energi itu dirudal. Ini menyebabkan jaringan listrik dan air putus.

Ditambahkan Sadovyi, Lviv menampung sekitar 150.000 pengungsi dalam negeri Ukraina sejak invasi Rusia dan lebih dari 11.000 warga mengalami luka, “tetapi Rusia tetap menyerang Lviv”.

Kota lain yang diserang, Zaporizhzhia, dihantam dengan 12 rudal. Seorang pria di sebuah penyalur mobil tewas.

Kini warga di ibu kota Ukraina, Kyiv berusaha membiasakan diri lagi dengan situasi baru, yakni potensi serangan bertubi-tubi sesudah beberapa bulan terakhir tidak mengalami serangan Rusia, sebagaimana dilaporkan wartawan BBC di Kyiv, Paul Adams.

Pada Senin (10/10), gelombang serangan menghantam banyak kota mulai dari Kyiv, Lviv di wilayah barat hingga Kharkiv di timur dan Odesa di bagian selatan.

Sekurang-kurangnya 19 orang meninggal dunia dalam serangan pada Senin.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan gelombang serangan itu dilakukan sebagai balasan atas peledakan jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Krimea yang dicaploknya.

Warga pernah mengalami tapi situasi tetap berbeda

Bagi orang-orang yang berada di Ukraina, ketika mulai invasi Rusia skala penuh pada Februari, muncul perasaan bahwa mereka telah mengetahui atau mengalaminya, lapor Paul Adams.

Warga dianjurkan berada di ruang bawah tanah sebanyak mungkin sebab serangan-serangan lanjutan dengan menggunakan rudal dan drone diperkirakan akan terus dilancarkan.

Tapi situasi kali ini juga berbeda. Ledakan di Kyiv jauh lebih dekat ke pusat kota. Bukan di kawasan pinggiran kota, tetapi getaran akibat ledakan dapat dirasakan di jalan-jalan dan lokasi-lokasi yang kami kenal dengan baik selama delapan bulan terakhir.

Pada tahap ini masih sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi sasaran serangan, namun pernyataan Kementerian Kebudayaan Ukraina menyebutkan museum-museum dan gedung konser musik telah mengalami serangan.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan lubang besar di taman bermain untuk anak-anak.

Video lain menunjukkan rudal menghantam jembatan kaca yang dibangun oleh Wali Kota Vitali Klitschko. Itu adalah tujuan wisata populer dan menawarkan pemandangan di atas Sungai Dnipro.

Olena dan Valerii Badakh tinggal di sebuah apartemen menghadap ke taman bermain anak-anak yang ada di Taman Shevchenko.

“Itu sangat mengerikan. Dalam sekejap, ada lubang dalam kehidupan kami. Mengerikan,” kata Olena kepada Paul Adams.

“Saya menghabiskan seluruh hidup saya di sini. Saya bersekolah di sini. Saya membersihkan taman, menanam rumput. Putra saya, dan sekarang cucu saya besar di sini ,” kata suaminya, Valerii.

“Selalu ada banyak anak-anak di sini.”

“Saya pikir mereka ingin menyasar gedung universitas dan monumen Hrushevsky. Dua tempat itu merupakan simbol penting bagi kami, itu adalah serangan simbolis.”

Sasaran simbolis? Sulit dan terlalu dini untuk mengetahui logikanya. Namun laporan-laporan dari kawasan lain menyebutkan adanya serangan terhadap pembangkit listrik tenaga panas bumi Lviv.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan berbagai fasilitas energi di berbagai daerah mengalami serangan. Pihak berwenang meminta warga mengurangi penggunaan listrik pada Senin malam.

Dua hari lalu, media sosial dibanjiri video dan meme ketika warga Ukraina dengan spontan merayakan serangan atas jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Semenanjung Krimea.

Sekarang, video yang muncul adalah tentang penduduk yang kaget dan gelisah, reruntuhan yang berkobar dan peringatan keadaan darurat.

Meskipun Moskow menegaskan serangan-serangan dilakukan dengan presisi tinggi, kawasan-kawasan permukiman juga diserang.

PBB: Sasar infrastruktur sipil merupakan kejahatan perang

PBB mengatakan serangan yang diatahkan ke infrastruktur sipil merupakan kejahatan perang. Rusia mungkin telah melanggar undang-undang perang dengan serangan rudal pada Senin itu.

Juru bicara Badan HAM PBB Ravina Shamdasani mengatakan pihaknya “sangat prihatin” bahwa sebagian serangan “tampak menyasar infrastruktur sipil yang penting”.

Ditambahkan kesengajaan menyasar target-target itu “sama dengan kejahatan perang”.

Moskow ‘pertimbangkan’ pertemuan Putin-Biden di G20 Bali

Dalam perkembangan lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia tidak akan menolak kemungkinan pertemuan antara Presiden Putin dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam KTT G20 d Bali bulan November.

Dia menambahkan Moskow akan mempertimbangkan usulan pertemuan itu jika ada tawaran.

Komentar