Perempuan Chili yang Terobsesi Dengan Jamur

JurnalPatroliNews – Giuliana Furci tengah mencari rubah langka di salah satu hutan hujan di Chili ketika ia menemukan jamur yang akan mengubah hidupnya.

Waktu itu usianya 19 tahun dan sedang mengikuti karyawisata di Chiloé, sebuah kepulauan di lepas pantai Lake District, Chili. Tugasnya adalah memasang perangkap untuk menangkap rubah Darwin, menandai satwa yang terancam punah ini, lalu melepaskannya kembali ke alam liar.

“Saat berjalan, saya melewati begitu banyak jamur dan satu jamur besar berwarna merah jingga di tunggul pohon menarik perhatian saya. Saya sungguh ingin tahu namanya, tetapi tidak bisa menemukan apapun.”

Furci pun menyadari bahwa informasi tentang jamur di Chili masih sangat kurang. Kesadaran itu menghentak Fauci, yang saat itu tengah mempelajari akuakultur, bagaikan “sambaran petir”.

“Saya tiba-tiba berpikir, ‘Inilah yang akan saya lakukan [dengan hidup saya]’,” katanya. “Sebelumnya saya tidak begitu peduli pada jamur, selain mencoba psilocybin (obat psikedelik yang dijuluki ‘jamur ajaib’) beberapa kali. Tapi bukan itu alasannya. Satu jamur di hutan ini membangkitkan minat saya.”

Sejak saat itu, tahun 1999, Furci telah mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari, melindungi, dan memperjuangkan salah satu kelompok organisme yang paling penting tetapi paling tidak dikenal di planet ini.

Ia menjadi pakar mikologi (ahli biologi yang khusus mempelajari jamur) perempuan pertama di Chili, menulis panduan lapangan dan, pada 2012, meluncurkan Fungi Foundation, LSM pertama yang didedikasikan untuk jamur.

Tahun berikutnya, sebagian besar berkat karyanya, Chili mencetak sejarah dengan menjadi negara pertama di dunia yang menyertakan perlindungan fungi – organisme seperti ragi, kapang, lumut, serta jamur – dalam undang-undang lingkungannya.

“Melalui pekerjaan saya, saya ingin memberi keadilan bagi jamur, mengakui peran penting dan mendasar mereka,” kata Furci. “Mereka adalah organisme paling keren dan paling penting di Bumi. Kehidupan di Bumi tidak akan seperti yang kita ketahui tanpa mereka. Tapi, mereka tidak diakui.”

Berbicara dari rumahnya di Santiago, Furci menyebut dirinya sebagai “produk pengasingan”. Ia lahir dan dibesarkan di London setelah ibunya yang berasal dari Chili, seorang mahasiswa dan anggota partai Sosialis, terpaksa melarikan diri oleh kediktatoran Pinochet yang brutal.

Setelah kembalinya demokrasi pada tahun 1990, keluarga itu pindah kembali ke Chili ketika Furci berusia 15 tahun. “Anak-anak pengasingan adalah generasi orang-orang tanpa akar,” katanya sambil tersenyum.

Furci menjelaskan bahwa bahkan sebagai remaja ia terdorong oleh keinginan untuk memberikan dampak positif pada dunia. “Saya selalu tertarik untuk memberi kembali, baik untuk kemanusiaan ataupun Bumi,” ungkapnya. Meskipun ia bertemu dengan jamur secara kebetulan, organisme penting tetapi kurang dihargai ini cocok dengan cita-cita hidupnya.

“Jamur adalah pendaur ulang, pengurai; mereka memastikan energi selalu mengalir di ekosistem,” katanya. “Jamur memungkinkan tanaman untuk hidup di luar air [dengan menyediakan nutrisi dan kelembapan sebagai imbalan atas gula yang dihasilkan dari fotosintesis]. Jamur memungkinkan hewan untuk mencerna makanan mereka.”

Komentar