Pergerakan Rupiah Makin Siang Makin Liar Lawan Dolar AS, Apa Penyebabnya…?

JurnalPatroliNews, Jakarta – Nilai tukar rupiah bergerak liar hingga pertengahan perdagangan Jumat (27/8/2021), berapa kali melemah kemudian berbalik menguat, begitu seterusnya. Pergerakan tersebut mengindikasikan pelaku pasar sedang menanti pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,03% ke Rp 14.420/US$. Setelahnya sempat terdepresiasi hingga 0,14% di Rp 14.435/US$ yang menjadi level terlemah hari ini, sebelum berbalik menguat 0,07% ke Rp 14.405/US$.

Sayangnya, pada pukul 12:00 WIB rupiah kembali ke zona merah, melemah 0,1% di Rp 14.430/US$.

Pertemuan Jackson Hole kini menjadi perhatian pelaku pasar sebab ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan.

Jika tapering dilakukan dalam waktu dekat, maka ada risiko aliran modal akan keluar dari negara emerging market seperti Indonesia, yang pada akhirnya menekan rupiah. Jika capital outflow tersebut terjadi secara masif di berbagai negara, maka berisiko memicu taper tantrum seperti tahun 2013, yang memicu gejolak di pasar finansial global.

Sementara itu, sentimen pelaku pasar terhadap rupiah kembali membaik. Hal tersebut tercermin dari survei 2 mingguan Reuters, dimana posisi jual (short) yang semakin rendah. Dari 9 mata uang Asia yang disurvei, rupiah menjadi yang terbaik kedua.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (26/8/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di 0,18, membaik dibandingkan 2 pekan lalu 0,20.

Dari 9 mata uang, hanya rupee India yang posisinya sudah berbalik, dari short menjadi long. Data terbaru menunjukkan angka -0,08, jauh lebih baik dari sebelumnya 0,37. Rupiah berada di urutan kedua terbaik, sementara mata uang lainnya posisi short-nya masih cukup besar, bahkan ada yang mengalami peningkatan.

Di sisa perdagangan hari ini, pergerakan rupiah masih akan sama, dengan risiko berakhir di zona merah. Hal tersebut terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable (NDF) yang sedikit lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

Periode Kurs Pukul 8:54 WIB Kurs Pukul 11:54 WIB
1 Pekan Rp14.424,00 Rp14.429,3
1 Bulan Rp14.495,00 Rp14.476,0
2 Bulan Rp14.545,00 Rp14.526,0
3 Bulan Rp14.599,00 Rp14.579,0
6 Bulan Rp14.744,00 Rp14.725,0
9 Bulan Rp14.907,00 Rp14.884,0
1 Tahun Rp15.020,00 Rp15.046,1
2 Tahun Rp15.695,00 Rp15.711,7

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula.

Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

(*/lk

Komentar