JurnalPatroliNews – Jakarta – Situasi di Gaza terus berkembang di tengah konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Saat ini, kedua pihak tengah menjalani gencatan senjata untuk proses pemulangan tawanan Israel, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Berikut sejumlah perkembangan terkini yang dilaporkan oleh Al Jazeera pada Kamis (20/2/2025):
1. Presiden Israel Sampaikan Permintaan Maaf
Presiden Israel, Isaac Herzog, mengungkapkan permintaan maafnya kepada rakyat Israel setelah jenazah empat tawanan yang sempat ditahan di Gaza dikembalikan. Melalui pernyataan resminya di platform X, Herzog menyampaikan rasa dukanya dan mengakui kegagalan negara dalam melindungi para tawanan.
“Atas nama Negara Israel, saya menundukkan kepala dan meminta maaf. Kami gagal melindungi mereka pada hari tragis itu. Kami juga gagal membawa mereka kembali dengan selamat. Semoga kenangan mereka menjadi berkah,” tulis Herzog.
2. Hamas Beri Pernyataan soal Tawanan
Hamas menyatakan bahwa pihaknya berusaha menjaga keselamatan para tawanan Israel yang mereka tahan. Namun, menurut Hamas, para tawanan tersebut justru terbunuh dalam serangan yang dilancarkan oleh tentara Israel atas instruksi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang tetap ingin melanjutkan perang di Gaza.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menegaskan bahwa mereka memperlakukan tawanan dengan manusiawi dan memberikan apa yang mereka bisa, tetapi militer Israel malah menyerang lokasi penahanan mereka.
“Netanyahu kini meratapi jenazah tawanan yang dikembalikan dalam peti mati, tetapi dia justru mencoba menghindari tanggung jawab atas kematian mereka,” kata Hamas dalam pernyataan tersebut.
Hamas juga mengungkapkan belasungkawa kepada keluarga korban, termasuk keluarga Bibas dan Lifshitz. “Kami lebih suka putra-putra Anda kembali dalam keadaan hidup, tetapi pemimpin dan tentara Israel memilih jalan lain,” tambah Hamas.
3. PM Malaysia Disarankan Lebih Hati-Hati
Bloomberg melaporkan bahwa Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, disarankan oleh pejabat pemerintah untuk meredam kritiknya terhadap serangan Israel di Gaza. Langkah ini diambil guna menghindari kemungkinan sanksi ekonomi dari mantan Presiden AS, Donald Trump, yang berencana menaikkan tarif perdagangan terhadap negara-negara tertentu.
Anwar sebelumnya mengecam kebijakan AS yang ia anggap mendukung ‘genosida’ di Gaza. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ia tampak lebih berhati-hati dalam mengomentari kebijakan AS terkait Palestina. Ia juga menyatakan bahwa pemerintahannya akan berupaya memperluas jaringan mitra dagang untuk menjaga kestabilan ekonomi Malaysia.
Komentar